PEKANBARU, KOMPAS.com - PT Pertamina Hulu Rokan (PHR) mulai menggunakan listrik tenaga surya.
Pembangunan Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) dilakukan PHR dengan mitra kerja, yakni Pertamina Power Indonesia (PPI) atau dikenal dengan Pertamina New & Renewable Energy (PNRE).
Proses pembangunan PLTS ini ditandai dengan groundbreaking atau peletakan batu pertama di Wilayah Kerja (WK) PHR di Kecamatan Rumbai, Kota Pekanbaru, Riau, Jumat (22/4/2022).
Baca juga: Dugaan Korupsi Proyek PJU Tenaga Surya, Kejari Lamongan Panggil 20 Saksi
Acara tersebut dihadiri oleh Direktur Logistik dan Infrastruktur Pertamina (Persero) Mulyono, Komisaris PNRE David Bingei, CEO Pertamina NRE Dannif Danusaputro, Direktur Utama PT PHR Jaffee A. Suardin, Direktur Perencanaan Strategis & Pengembangan Bisnis PNRE Fadli Rahman, Direktur Proyek dan Operasi PNRE Norman Ginting dan Kepala Perwakilan SKK Migas Sumbagut, Rikky Rahmat Firdaus.
Direktur Utama PT PHR Jaffee A. Suardin mengatakan, pembangunan PLTS ini guna mendukung pengurangan emisi karbon.
"Kita mendukung target pemerintah untuk mempercepat transisi energi dan target bauran energi dari Energi Baru Terbarukan (EBT)," kata Jaffe kepada wartawan, Jumat.
Ia menjelaskan, PLTS ini secara keseluruhan akan menempati lahan seluas 28,16 hektar. Terdapat di tiga lokasi, yakni di Rumbai, Duri dan Dumai Camp.
Panel solar yang akan digunakan sebanyak 64.000. Panel solar buatan dalam negeri, itu akan mampu menghasilkan listrik 25 Mega Watt (MW) untuk mendukung kegiatan operasi di Blok Rokan.
Adapun, kata Jaffe, biaya investasi pembangunan PLTS itu senilai 20 juta US dollar.
"Tenaga surya sebagai salah satu energi baru terbarukan, bukan sekedar tren global yang diadopsi di Indonesia. Transisi energi hijau yang berkelanjutan merupakan prioritas negara," kata Jaffee.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanKunjungi kanal-kanal Sonora.id
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.