KOMPAS.com - Kartini menikah dengan Bupati Rembang, Raden Adipati Djojo Adiningrat. Lamaran Sang Bupati Rembang diterima Kartini pada 24 Juli 1903.
Dikutip dari Buku Sisi Lain Kartini: Biografi Kartini yang ditulis Nur Khozin, sebelum menerima lamaran, Kartini membuka kegiatan sekolah di pendopo Kabupaten Jepara.
Sekolah tersebut dibuka setelah Kartini membatalkan rencana belajar ke Belanda.
Awalnya Kartini dan adiknya, Roekmini mendapatkan bea siswa dan dukungan dari parlemen serta Pemerintah Belanda.
Baca juga: Dari Multatuli hingga Perempuan dan Sosialisme, Ini Buku-buku yang Dibaca Kartini
Adalah Van Kol, anggota parlemen Belanda yang mengusahakan beasiswa untuk Kartini saat ia datang ke Jepara pada 20 April 1902.
Van Kol takjub dengan pemikiran dan perjuangan Kartini tentang persamaan dejarat antara laki-laki dan perempuan yang bisa dicapai melalui pendidikan.
Bahkan pertemuan Van Kol dan keluarga Bupatu Sosroningrat diberitakan di surat kabar De Locomotief.
Namun banyak usaha untuk menghalangi keberangkatan Kartini ke Belanda baik dari para bangsawan pribumi hingga orang -orang Belanda.
Baca juga: Panggilan Kartini Kecil, dari Trinil hingga Si Jaran Kore
Salah satu orang Belanda yang mempengaruhi Kartini untuk membatalkan beasiswanya adalah Nyonya Abendanon.
Pada Mei 1902, ia mengirim surat ke Kartini dan meminta remaja putri itu membatalkan rrncana belajar ke Belanda karena bisa menjadikan murid-murid Kartini tercerabut dari budaya Jawa.
Namun Kartini tidak bergeming. Hinga J.H Abendanon, pejabat tinggi Belanda datang ke Jepara pada 24 Januari 1903 untuk menemui Kartini.
Ia pun mengajak Kartini berbicara di Pantai Klien Scheveningen (Bandengan).
Baca juga: Sejarah dan Asal-usul Nama Jepara, Kota yang Dijuluki Bumi Kartini
Pembicaraan antara J.H. Abendanon dan Kartini membawa pengaruh yang tidak terduga, Kartini membatalkan niatnya untuk pergi belajar ke Belanda.
Keputusan yang sangat aneh dan misterius, karena Kartini sudah mendambakan kesempatan itu bertahun tahun.