Dalam suratnya kepada anak keluarga Abendanon tanggal 27 Januari 1903 Kartini menulis, “Percakapan kami di pantai menghasilkan keputusan, kami segera menyampaikan permohonan kepada Gubernur Jenderal dengan persetujuan orang tua, agar kami diberi kesempatan oleh pemerintah untuk menamatkan pendidikan di... Betawi !"
Baca juga: Ngasirah Ibu Kandung Kartini
Akhirnya Kartini menikah dengan Bupati Rembang. Rencananya pernikahan akan digelar pada 12 November 1903.
Namun atas permintaan Bupati Rembang, pernikahan dimajukan pada 8 November 1903.
Pernikahan digelar dengan sederhana di Jepara dan hanya dihadiri saudara terdekat kedua mempelai.
Pernikahan ini tidak disertai dengan upacara mencium kaki mempelai laki-laki oleh mempelai perempuan sesuai dengan permintaan Kartini.
Mempelai laki-laki mengenakan pakaian dinas, sementara Kartini memakai pakaian seperti keseharian biasa.
Tiga hari setelah pernikahan Kartini pindah ke Rebang untuk memulai hidup baru sebagai seorang ibu.
Kartini harus membagi waktu untuk suami dan anak-anaknya. Keseharian Kartini di rembang diceritakan Kartini kepada Nyonya Abendanon melalui surat.
Ia menulis, ”Jika Ayahnya pergi bekerja, maka anak-anak tinggal bersama saya sampai jam dua belas, jam setengah satu anak bertemu dengan ayahnya dalam kondisi yang sudah bersih
untuk makan bersama. Jam setengah dua anak-anak disuruh untuk tidur. Bila Ayahnya tidur dan saya tidak capai, maka saya akan berkumpul dengan anakanak gadis untuk belajar dan bekerja”.
Baca juga: Hari Kartini 21 April: Sejarah dan Kumpulan Link Twibbon Hari Kartini
Keluarga Bupati Rembang akan berkumpul kembali pada jam empat, dengan aktifitas yang berbeda. Bupati dan Kartini duduk minum teh sambil berdiskusi tentang bermacam-macam hal,
Sementara anak-anak bupati setelah minum susu, diizinkan untuk bermain disekitar
lingkungan kabupaten sampai waktu senja.
Saat malam, Sang Bupati memanfaatkan waktu dengan membaca koran, sementara anak-anak akan berkumpul dengan Kartini untuk bermain atau mendengarkan dongeng.
Kartini pun hamil dan mengandung anak pertamanya. Kondisi fisiknya mulai menurun sehingga beberapa kali menderita sakit.
Baca juga: Meneruskan Semangat Kartini…
Tanggal 7 September 1904 Kartini sempat menulis surat kepada Nyonya Abendanon yang sudah mengirimkan hadiah untuk bayinya nanti.
Kartini menceritakan kondisi kehamilannya. Surat ke Nyonya Abendanon adalah surat terakhid yang ditulis Kartini.