SEMARANG, KOMPAS.com - Bulan Ramadhan kurang lengkap jika tidak mencicipi kuliner khas daerah untuk menu berbuka puasa.
Di Kota Semarang, terdapat makanan legendaris yang hanya dapat ditemukan saat tradisi dugderan dan sepanjang bulan Ramadhan saja. Petis bumbon namanya.
Makanan yang sudah ada sejak zaman leluhur ini masih bisa ditemukan di Aloon Aloon Masjid Agung Semarang saat bulan puasa.
Baca juga: Awal Ramadhan, Masjid Kota Semarang Dipenuhi Jemaah Shalat Tarawih
Jika dilihat sekilas, bentuk dan tekstur petis bumbon memang seperti sambal goreng biasa. Namun, yang membuat istimewa yaitu dari segi pengolahan bumbu dan rasa.
Istiqomah (63), seorang warga kampung Bustaman, Kelurahan Purwodinatan, Kota Semarang mengungkapkan rahasia di balik lezatnya petis bumbon.
Untuk membuat petis bumbon, Istiqomah menambahkan sejumlah bumbu rempah. Tujuannya untuk memperkuat aroma dan rasa.
Rempah-rempah tersebut meliputi kunci, daun jeruk wangi, dan sere.
Selain itu, agar berbeda dengan sambal goreng biasa, dirinya juga mencampurkan petis banyar atau sari ikan banyar.
"Kalau sambal goreng biasa cuma ada daun salam dan laos. Kalau petis bumbon lebih banyak rempahnya, jadi lebih gurih," ucap Istiqomah kepada Kompas.com, Minggu (3/4/2022).
Baca juga: Tradisi Nyadran, Berdoa ke Makam Tenggelam di Pesisir Semarang
Bumbu petis bumbon ini umumnya dicampur dengan telur atau tahu. Uniknya, telur yang digunakan adalah telur bebek.
Istiqomah mengaku sudah puluhan tahun menjajakan kuliner khas Semarang ini di depan Masjid Agung Semarang. Waktunya, tentu saja setiap bulan puasa.
Tak heran, jika makanannya memiliki banyak pelanggan.
"Bahkan banyak juga yang dari luar kota, sengaja datang ke sini pengen nyobain petis bumbon untuk buka puasa," jelas Istiqomah.
Dalam proses pembuatan petis bumbon, Istiqomah memerlukan waktu 3 jam untuk mengolah bumbu hingga siap dihidangkan.
Setiap harinya, ia bisa mengolah sebanyak 200 hingga 300 butir telur untuk dijual.
"Pagi jam 09.00 WIB sudah mulai masak, terus jam 14.00 sampai 21.00 WIB sudah mulai buka di sini," terang dia.
Untuk merasakan kuliner legendaris ini, tak perlu merogoh kocek terlalu dalam. Dengan uang Rp 9000-10.000 sudah bisa mendapatkan sebungku petis bumbon. Besaran harga ini tergantung harga telur.
Sebagai pelengkap, Istiqomah juga menjajakan beberapa sayur seperti opor, lodeh, dan babat gongso.
Dibuat saat Ramadhan
Diceritakan oleh Istiqomah, konon, petis bumbon yang dijualkan di Aloon Aloon Masjid Agung Semarang itu hanya dibuat oleh warga kampung Bustaman saja.
Hal tersebut menjadi nilai lebih untuk warga kampung Bustaman yang cukup lestari nguri-uri peninggalan leluhur.
Selain itu, Istiqomah juga menjajakan makanan takjil khas Ramadhan di Kota Semarang, seperti coro santen, ketan biru, dan enten-enten.
"Ini semua cuma ada pas Ramadhan, selain itu tidak bisa diburu. Alhamdulillah, makanya sering ramai kalau sore," kata Istiqomah.
Ketan biru dibuat dari ketan biasa, kemudian dicampuri pewarna makanan bewarna biru. Untuk cara makannya, dibarengi dengan enten-enten yang terbuat dari kelapa dan gula merah.
Sedangkan kue coro, terbuat dari tepung beras, tepung gandum, telur dan ragi. Tidak lupa santen untuk dicampurkan ketika makan.
"Satu porsi ketan dan kue coro masing-masing Rp 5000 sudah dapet," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.