Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Muhammad Taufik
Dosen UIN Imam Bonjol Padang

Dosen dan Ketua Moderasi Beragama UIN Imam Bonjol Padang. Direktur Eksekutif Mata Institute

Sumatera Barat, Terorisme dan Diamnya Ulama?

Kompas.com - 03/04/2022, 03:40 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Ulama adalah penjaga perubahan dalam masyarakat. Ia hadir sebagai pemegang otoritas dan katalisator dalm mencurai segela sengkarut.

Dia sesungguhnya mampu memberikan kontribusi yang signifikan pada wacana yang sedang berkembang, bahkan menkonstruksi wacana dalam situasi tertentu.

Dari apa yang terjadi, puncak kekuatiran adalah diamnya ulama dalam masa yang lama perihal terorisme ini, ditakutkan terbaca oleh banyak orang akan “persetujuan” terhadap tindakan itu.

Adab ulama terhadap umatnya adalah segera menjawab kerisauan sosial umatnya.

Mulailah berhenti memperebutkan ayat-ayat Allah demi kepentingan pribadi dan golongan, pilihlah ayat yang berguna untuk kedalaman kelestarian sosial yang lebih luas (mashalah al‘ammah).

Perlu disadari banyak riset di antaranya, (N. Hasan, 2006), yang menjelaskan bahwa gerakan-gerakan radikalisme, ekstremisme dan terorisme tidak akan berkembang sampai pada level terbawah masyarakat seperti nagari atau desa jika ekosistem dan konfigurasi sosial ekonomi masyarakat mendukung termasuk dukungan elite masyarakat (ninik mamak, alim ulama, cerdik padai, pejabat dan bundo kanduang).

Kemudian situasi ini akan semakin menguat jika munculnya semangat perlawanan dari masyarakat (cultural resistance) terhadap ideologi-ideologi sebagaimana dijelaskan di atas.

Perlunya perlawanan kultural?

Situasi sebagaimana dilukiskan di atas, akan menjadi bola salju, jika semua stakeholder tidak merespons dengan cara tepat atau ulama tidak membenahi jalan atau metode atau konten dakwah mereka.

Tidak akan efektif penanggulangan tindakan teroris diserahkan seutuhnya kepada negara atau pemerintah.

Negara dan pemerintah mesti diperkuat dan didukung karena tidak hanya merugikan pemerintah an sich.

Situasi ini sungguh mengancam corak Islam kultural dan moderat yang selama ini menjadi ciri khas Sumbar selama ini.

Pentingnya counter wacana, gerakan, perlawanan yang konkret dan sebanding sehingga masyarakat mendapat pengetahuan yang seimbang.

Kemudian ulama dan masyarakat mesti bersepakat untuk medesiminasi Islam sebagai agama damai dan Pancasila serta NKRI adalah persoalan yang sudah final.

Terakhir mendorong pemerintah dan para politisi menunjukan perilaku yang sesuai dengan semangat demokrasi.

Tindakan-tindakan yang berlawanan dengan demokrasi seperti praktik oligarki, politik uang, politik transaksional dan politik dinasti mesti harus dieliminasi dalam kanvas politik Indonesia.

Kalau akhlak dan tindak laku ini tidak diperbaiki, akan membuka peluang untuk dijadikan argumentasi demokrasi adalah sistem yang salah dan thagut. Wallahua’lam bishawab

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Saiful Tewas Usai Ditangkap Polisi, Istri: Suami Saya Buruh Tani, Tak Terlibat Narkoba

Regional
KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

KLB Diare di Pesisir Selatan Sumbar, Ada 150 Kasus dan 4 Orang Meninggal

Regional
Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Guru Honorer di Maluku Dipecat Setelah 11 Tahun Mengabdi, Pihak Sekolah Berikan Penjelasan

Regional
Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Pikap Pelat Merah Angkut Ribuan Liter Miras di Gorontalo

Regional
Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Pengantin Wanita Tak Datang di Pernikahan, Pria di Lamongan Rugi Rp 24 Juta, Kenal di Medsos

Regional
Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Sempat Tertutup Longsor, Jalur Ende-Wolotopo NTT Sudah Bisa Dilalui Kendaraan

Regional
Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Kronologi Pembunuhan Wanita PSK di Kuta Bali, Korban Ditikam dan Dimasukkan dalam Koper

Regional
7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

7 Bacalon Bupati dan Wakil Bupati Daftar di PDI-P untuk Pilkada Pemalang

Regional
Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Kades Terdakwa Kasus Pemerkosaan di Mamuju Divonis Bebas, Kejari Ajukan Kasasi

Regional
Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Kakak Angkat di Ambon Bantah Telantarkan Adik di Indekos

Regional
7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

7 Pria Perkosa Anak di Bawah Umur di Bangka, 5 Pelaku Masih Buron

Regional
Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Ibu dan Anak di Ende Tertimpa Material Longsor, 1 Tewas

Regional
Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Diduga Dipukuli Anak Kandung Pakai Kursi, Ibu di Palembang: Lama-lama Saya Bisa Mati karena Dia

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Marliah Kaget Tiba-tiba Jadi WNA Malaysia, Padahal Tak Pernah ke Luar Negeri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com