Adapun Kepala Desa Kuta, Mirate, mengatakan tak pernah ada satupun perusahaan yang meminta izin atau berkoordinasi untuk menggaruk tanah Bukit Lenser. Ia merasa tak bisa protes ke kontraktor Sirkuit Mandalika karena was-was dianggap menganggu proyek.
“Kami mau ngomong apa karena bukit sudah dikeruk habis,” kata Mirate.
Dalam dokumen yang diperoleh, izin galian ke Budi Utama diterbitkan oleh Dinas Penanaman Modal dan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Nusa Tenggara Barat. Surat bertarikh 10 Juli 2019 itu menerangkan luas lahan galian mencapai 4,06 hektar. Warkat itu berlaku selama tiga tahun mulai dari 10 Juli 2019 sampai dengan 9 Juli 2022.
Budi Utama mengakui bahwa ia memegang izin galian untuk menguruk proyek Sirkuit Mandalika. Ia memperoleh konsesi seluas 4 hektar di Dusun Rangkap. Budi menyebutkan lahan di Dusun Rangkap tak banyak dikeruk. Ia menduga pelaksana proyek sedikit menggaruk tanah dari lahannya karena dianggap tak cukup memenuhi kebutuhan sirkuit.
Baca juga: MGPA: Sirkuit Mandalika Dapat Homologasi A dari FIM
Budi juga membantah terlibat dalam aktivitas galian di Bukit Lenser. Ia mengaku tak mengalihkan pekerjaan pengerukan tanah ke kontraktor lain.
“Saya tak ada hubungan dengan tambang di Lenser,” kata Budi saat ditemui di rumahnya di Desa Puyung pada Rabu, 9 Maret lalu.
APV Site Operation The Mandalika, I Made Pari Wijaya, mengaku tak mengetahui status tanah uruk yang dipakai untuk proyek pembangunan Sirkuit Mandalika. Ia mengatakan izin galian untuk sirkuit hanya diberikan kepada seorang kontraktor bernama Budi Utama.
Baca juga: Melihat Keindahan Camping Ground di Dekat Sirkuit Mandalika, Pintu Tenda Menghadap Laut
“Pengeruk tanah harus bisa menunjukkan bahwa mereka mengerjakan operasi itu karena mendapat rekomendasi dari Budi Utama,” kata Pari.
Pari mengatakan permukaan Sirkuit Mandalika perlu diuruk setinggi 1,5 hingga 2 meter. Pekerjaan itu diperlukan untuk mengantisipasi banjir dan gelombang pasang. Perusahaan diperkirakan butuh sedikitnya 400.000 kubik tanah uruk untuk meninggikan lanskap sirkuit.
Menyebabkan banjir
Bukit Lenser yang gundul ditengarai menjadi salah satu penyebab banjir menerjang Desa Kuta pada akhir Januari 2021. Sebanyak 350 kepala keluarga terdampak bencana air bah pada waktu itu. Banjir kembali menggenangi beberapa dusun di Desa Kuta pada pekan kedua Desember 2021.
Kume, warga Desa Kuta, merupakan salah satu korban banjir pada Januari tahun lalu. Kume bercerita air dari sungai di sebelah rumahnya tiba-tiba melimpas saat ia baru pulang dari masjid setelah mendirikan shalat isya. Bah yang datang pada malam itu bercampur dengan lumpur.
“Tingginya sampai dada orang dewasa,” kata Kume.