Wida menambahkan, menguatnya komunalisme membuat masyarakat merasa bahwa menegakkan norma-norma dan nilai-nilai menjadi tanggungjawab bersama.
Jika terjadi penyimpangan terhadap norma yang dilanggar, maka dianggap sebagai ancaman terhadap kohesi sosial dan eksistensi masyarakat tersebut.
Baca juga: Ibu Muda Diperkosa Ramai-ramai dan Diarak di Jalan, Polisi Tahan 11 Orang
Lalu, apabila komunalisme dalam masyarakat tinggi, orang yang bersikap beda dari mayoritas justru akan dinilai sebagai deviant atau menyimpang.
“Masyarakat kita tidak biasa hidup dalam individualisme. Karena dalam konteks masyarakat di Indonesia, komunalisme merupakan bentuk dari social capital (modal sosial). (itu menjadi) survival tools bagi orang di saat susah,” sebutnya.
Baca juga: Dituduh Mencuri, 4 Perempuan Ditelanjangi dan Dipukuli Warga, Diarak di Jalan
Untuk menghindari kejadian serupa, Wida menyarankan agar ada perbaikan implementasi sistem hukum, termasuk memberikan pendidikan hukum ke masyarakat.
“Lalu menggerakkan institusi sosial di level komunitas, misalnya masjid, gereja; dan institusi formal, seperti sekolah; serta institusi keluarga untuk memberikan penyuluhan dan bimbingan terkait pendidikan remaja, seksualitas, kehidupan perkawinan, dan lain-lain,” pungkasnya.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Malang, Imron Hakiki | Editor: Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.