Untuk bahan bakar minyak (BBM), Ali Akbar menyebutkan, ada tiga toko yang menjual dengan harga sama.
"Yang jual BBM ada tiga, harganya Rp 50.000 per liter," cetusnya.
Akses antarkampung, terang Ali Akbar, hanya bisa dijangkau dengan berjalan kaki karena hanya tersedia jalan setapak.
Baca juga: Prajurit TNI yang Tertembak KKB di Distrik Beoga Papua Dievakuasi ke Timika
Sejak 8 April 2021, aktivitas di Distrik Beoga berubah akibat akibat aksi penembakan KKB yang menewaskan Oktovianus Rayo (43).
Korban merupakan seorang guru di sekolah dasar setempat.
Setelah kejadian tersebut, sudah tidak ada guru yang berada di Beoga dan sebagian proses pembelajaran pindah ke Timika.
"Sekarang SD sudah tidak ada gurunya, kalau SMP dan SMA sepertinya mereka sewa tempat di Timika dan sekolahnya di sana, sudah banyak anak-anak di sini berangkat ke Timika," kata Ali Akbar.
Baca juga: Serangan KKB di Distrik Beoga Papua, Tewaskan 8 Pekerja dan Lukai 1 Prajurit TNI
Untuk mengatasi kekosongan sekolah, Ali mengaku dirinya bersama Danramil Beoga telah mengusulkan ke Dinas Pendidikan Puncak agar aparat TNI dan polisi diberdayakan sebagai guru.
Hanya saja usulan tersebut belum dikabulkan sehingga hingga kini aktivitas sekolah di Beoga sama sekali tidak berjalan.
Untuk mata pencaharian penduduk setempat, Ali menyebutkan, mayoritas masyarakat setempat memperoleh pendapatan dari hasil bercocok tanam.
Di lokasi tersebut tidak terlalu banyak terdapat masyarakat pendatang.
"Masyarakat pendatang itu tidak sampai 20 orang, mereka biasanya yang buka warung, lalu tenaga kesehatan," kata Ali Akbar.
Baca juga: KKB Tembaki 8 Pekerja Jaringan Telekomunikasi hingga Tewas di Puncak Papua