SEMARANG, KOMPAS.com - Agar dapur tetap ngebul, sekelompok perempuan di Kelurahan Bangetayu, Kecamatan Genuk, Kota Semarang, Jawa Tengah membuat usaha jamu.
Kelompok tersebut membuat usaha jamu ketika masa pandemi setelah suami mereka terkena badai pemutusan hubungan kerja (PHK).
Dengan berjualan jamu mereka bisa bertahan untuk mencukupi kebutuhan keluarga.
Baca juga: Jamu Stamina Pria Ilegal Produksi Cilacap Dipasarkan hingga Luar Jawa
Kelompok tersebut bernama Kobe-08. Sampai saat ini anggotanya sudah lebih dari 15 orang.
Jika dilihat kelompok perempuan tersebut terlihat kompak. Setiap anggota mempunyai tugas masing-masing.
Ada yang bertugas mengaduk jamu instan, pengemasan, admin media sosial, marketplace hingga melayani pembeli yang datang ke toko.
Ketua produksi Jamu Kobe-08 Sri Muryanti mengatakan, meski penghasilannya tak banyak dengan bisnis jamu banyak keluarga yang ikut terbantu.
Saat ini, usaha jamu Kobe-08 sudah berjalan tiga tahun sejak 2019. Kini, usahanya sudah mempunyai enam varian rasa dalam bentuk botol dan instan.
Baca juga: BPJS Kesehatan Sudah Jadi Syarat Pembelian Tanah di Kota Semarang
Sampai saat ini omzet penjualan jamu tersebut rata-rata Rp 6 juta per bulan, dengan penjualan 800-1000 packs atau botol.
Menurutnya, selama pandemi permintaan konsumen semakin membludak. Kobe-08 juga sudah bekerjasama dengan 20 toko yang ada di Semarang.
"Kalau sedang ramai per bulan bisa mencapai Rp 10 juta lebih keuntungannya," ucapnya.