Meski demikian, Maria tumbuh menjadi gadis dewasa yang baik hati dan berbakti.
Ia bersama Agnes banting tulang, bekerja serabutan demi menyambung hidup keluarga.
"Tetapi kalau hasilnya tidak ada, hanya bisa berharap belas kasihan dari tetangga," ujarnya.
Baca juga: 87 Rumah di Kupang NTT Terendam Banjir
Rumah nyaris roboh
Empat tahun lalu, kenang Agnes, mereka mengalami situasi pilu. Rumah mereka nyaris roboh akibat diguyur hujan deras dan angin kencang.
"Kami terpaksa mengungsi ke rumah tetangga. Atap rumah kami rusak. Kami sangat takut saat itu," katanya.
Peristiwa itu membuat Agnes dan keluarga menjadi trauma. Takut jika hal serupa kembali terjadi. Apalagi, rumah mereka saat ini sudah rapuh.
Tetangga Agnes, Emilia Simplisia (40), menuturkan, saat peristiwa itu terjadi, warga sekitar berjibaku untuk membantu memperbaiki atap rumah yang diterjang banjir.
"Kami tetangga di sini tidak tutup mata. Bahkan, kalau ada rezeki lebih kami sering membantu mereka," katanya.
Baca juga: Tak Ada Jembatan, Mobil Ambulans di Belu NTT Nekat Terobos Banjir
Emilia mengatakan, ia sering dibantu Maria membuat kue dan gorengan untuk dijual di sekitar kampung dan beberapa sekolah di desa itu.
Meski hasilnya tidak seberapa, namun ia bersyukur bisa membantu Maria dan keluarga.
"Maria sekarang sudah bisa buat kue dan gorengan tetapi dia tidak punya modal usaha. Harapannya ada yang bisa membantu," katanya.