Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Kedelai Meroket, Perajin Tempe di Semarang: Sudah Jatuh Tertimpa Tangga

Kompas.com - 21/02/2022, 17:04 WIB
Riska Farasonalia,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

SEMARANG, KOMPAS.com - Perajin olahan tempe di Kota Semarang, Jawa Tengah mengeluhkan harga kedelai yang meroket tajam dalam sebulan terakhir.

Mereka berharap pemerintah bisa memberikan subsidi kepada para perajin agar tidak semakin mencekik.

Salah satu perajin olahan tempe, Ahmad Jumadi (65) mengaku terdampak dengan kenaikan harga kedelai yang melambung tinggi.

"Harga kedelai naik dulunya Rp 6.400, mulai setahun ini naik terus jadi Rp 9.000, naik lagi Rp 10.000, sekarang jadi Rp 11.000. Ekonomi semakin sulit. Ibarat kata sudah jatuh tertimpa tangga," kata Jumadi ditemui di rumahnya di Jalan Medoho Permai II RT 09 RW 10 Panden Lamper, Gayamsari, Senin (21/2/2022).

Baca juga: Perajin Tahu Tempe di Tasikmalaya Sepakat Mogok Produksi Selama 3 Hari

Jumadi tidak menghentikan produksinya lantaran harus tetap menyambung hidup untuk kebutuhan sehari-hari.

Namun, ia harus memberhentikan pekerjanya yang sebelumnya berjumlah tiga orang.

"Ini masih tetap produksi biar bisa diputerin lagi. Sekarang dikerjakan sendiri karena engga mungkin gaji pegawai. Tadinya ada 3 pegawai," jelasnya.

Imbas kenaikan kedelai ini membuatnya terpaksa mengurangi jumlah produksi tempe supaya penjualan tetap bisa berjalan.

"Sehari tadinya bisa produksi 100 kilogram, sekarang dikurangi jadi 80 kilogram saja. Waktu sebelum pandemi bisa 130 kilogram. Turun produksi sekitar 40 persen sendiri," ujar Jumadi yang sudah 47 tahun jadi perajin tempe.

Baca juga: Pemerintah Janjikan Subsidi, Perajin Tempe Tahu Jateng Batal Mogok Produksi

Meskipun keuntungan dari hasil penjualan sedikit, ia mengaku tidak menaikkan harga tempe di pasaran.

Ia mengaku masih bisa mematok keuntungan dari perhitungan jumlah sisa produksi tempe saja yang per harinya sekitar Rp 500.000

"Jualan tempe enggak bisa naik paling dikurangi timbangannya. Misalkan sekarang kedelai 1 kilogram Rp 11.000 ya saya tetap jual dengan harga sama. Untungnya ambil dari sisa produksi saja 1 kilogram dapat 5 ons sekitar Rp 500.000 tapi berkurang untuk beli plastik, gas dan kedelai," ungkapnya.

Untuk itu, ia berharap kepada pemerintah agar bisa memberikan subsidi kepada para perajin tempe.

"Harapan saya pemerintah memberikan subsidi khususnya perajin tempe. Karena kita cuma bisa bertahan yang penting bisa tetap jualan meskipun terjun bebas," ucapnya.

Sama halnya yang dirasakan perajin tempe Slamet di Jalan Madukoro V Kota Semarang.

Baca juga: Tahu Tempe Menghilang di Pasar, Ibu-ibu Kebingungan

Ia mengaku tidak menghentikan produksi tempe karena harus memenuhi kehidupan sehari-hari.

Belum lagi ia juga harus membayar pekerja.

"Kedelai sekarang Rp 11.000 perkilogram, dulu Rp 7.000. Selama ada kedelai ya bikin. Kita tidak ada mogok," ujarnya.

Slamet juga tidak menaikkan harga tempe di pasaran meskipun harga kedelai naik.

Baca juga: Perajin Tahu Tempe di Kabupaten Bandung Bakal Mogok Produksi 3 Hari

Hanya saja, jumlah produksinya memang dikurangi supaya tetap bisa untung meskipun tidak banyak.

"Naik harga (tempe) kita nggak bisa. Bisanya main gini, timbangan, ukuran. Misal yang tadinya 5 ons jadi 4,5 ons," jelasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korupsi Modal Bank, Mantan Kepala Bapedda Bireuen Divonis 3 Tahun Penjara

Korupsi Modal Bank, Mantan Kepala Bapedda Bireuen Divonis 3 Tahun Penjara

Regional
Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Ratusan Polisi Dikerahkan Amankan Krui World Surf 2024

Regional
Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Eks Ketua DPRD Kota Semarang Jadi yang Pertama Ambil Formulir Pilkada di PDI-P

Regional
Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Oknum Petugas Bea Cukai Ketapang Ditangkap Kasus Perdagangan 566 Ekor Burung Dilindungi

Regional
Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Terbongkar, Aksi Pelecehan Seksual Guru terhadap Anak 15 Tahun

Regional
Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Gugatan Wanprestasi ke Gibran Ditolak Hakim, Almas Tak Akan Banding

Regional
Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Citilink Awali Pelayanan di Bandara Rendani dengan Pesawat Cargo Airbus 320 Rute Manokwari-Jakarta

Regional
Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Polda Sumsel Turun Tangan, Jadi Mediator Konflik Sengketa Lahan

Regional
Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Banjir di Lebak Surut, Warga Mulai Bersihkan Sisa Lumpur dan Sampah

Regional
Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Truk Mebel Tabrak Truk Marmer di Turunan Bawen, Satu Orang Tewas

Regional
Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Pj Walkot Pekanbaru Sambut Anggota Komwil I Apeksi di Jamuan Makan Malam Bersama

Regional
Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Kasus Mayat Dalam Koper di Cikarang, Istri Pembunuh Syok dan Pilih Batalkan Resepsi Pernikahan

Regional
Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Jelang Pilkada, Dico Ganinduto Sebut Surveinya di Jateng Baik

Regional
KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

KPU Bangka Kurangi Jumlah TPS pada Pilkada 2024, dari 911 Jadi 600-an

Regional
500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

500-600 Ton Sampah Harian Kota Padang, 61 Persen Sisa Makanan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com