LEBAK, KOMPAS.com - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Teroris (BNPT) Boy Rafli Amar mengatakan, hingga saat ini masih banyak warga negara Indonesia (WNI) yang terpengaruh paham radikalisme.
Berdasarkan data yang dimiliki BNPT, ada 2.157 WNI yang berangkat ke Irak dan Suriah untuk menjadi pengikut paham radikalisme seperti Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
Selain yang sudah berangkat, menurut Boy, ada sekitar 20.000 WNI lainnya yang hampir berangkat, namun berhasil dicegah.
Baca juga: Kepala BNPT Minta Maaf Sebut 198 Pesantren Terafiliasi Terorisme
"Bisa lebih dari 2.158 yang hari ini pernah berangkat ke Irak dan Suriah, dan bisa berangkat 10.000-20.000 lainya kalau tidak ditahan," kata Boy saat acara Dialog Kebangsaan BNPT di Pondok Pesantren Nurul Falah, Kecamatan Cibadak, Kabupaten Lebak, Provinsi Banten, Senin (7/2/2022).
Jumlah tersebut, menurut Boy, adalah akumulasi keberangkatan sejak 2011 lalu hingga saat ini.
Mereka yang berangkat terdiri dari laki-laki, perempuan, hingga anak-anak, dan berasal dari berbagai provinsi di Indonesia, termasuk dari Banten.
Baca juga: BNPT Tindak 364 Terduga Teroris Tahun 2021, 16 Orang Terafiliasi FPI
Boy mengatakan, keberangkatan para WNI tersebut karena terpapar paham radikalisme lewat media sosial maupun secara langsung yang memengaruhi pola pikir mereka.
Menurut Boy, orang-orang yang sudah terpengaruh rela berangkat ke Irak dan Suriah dengan menjual rumah, harta benda, serta membawa anak dan istri.
Boy mengatakan, sejumlah cara dilakukan untuk mencegah hal tersebut.
BNPT mengajak berbagai pihak untuk memperkuat pilar Undang-Undang Dasar 1945, Ideologi Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika dan NKRI.
Baca juga: BNPT Sebut Penetapan Munarman sebagai Tersangka Teroris Tak Berkaitan dengan Jabatan di FPI
BNPT juga menggerakkan program untuk melawan narasi radikalisasi di media sosial.
Dalam program tersebut, Boy mengajak tokoh agama untuk menyampaikan pesan yang baik di media sosial.
"Program pencegahan radikalisasi di antaranya kontra narasi, kita berharap bapak ibu, alim ulama, tokoh agama, untuk memahami dengan baik menggunakan media sosial. Paling tidak, nasihat-nasihat tausiyah bisa diberikan di media sosial itu yang sangat baik, sangat diharapkan," kata Boy.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.