KOMPAS.com - Suku Mentawai dikenal sebagai suku yang menetap di Kepulauan Mentawai, Pulau Siberut, Sumatera Barat.
Sudah ada sejak tahun 500 SM, suku Mentawai disebut sebagai salah satu suku tertua di dunia.
Suku ini dikenal dengan kearifan lokalnya yang mempercayai bahwa hutan adalah jantung kehidupan serta hidup dengan memanfaatkan hasil alam untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Menjadi suku yang memiliki berbagai keunikan, berikut adalah penjelasan dari budaya Suku Mentawai.
Baca juga: Mentawai, Salah Satu Suku Tertua di Dunia
Masyarakat tradisional Mentawai dikenal dengan seni tato yang dirajah pada bagian tubuh mereka atau yang disebut sebagai titi.
Pembuat tato oleh masyarakat setempat disebut dengan julukan sipatiti.
Baca juga: Selamatkan Seni Tato yang Hampir Punah di Mentawai, dari Motif Mata Jaring hingga Tumbuhan Berduri
Sebelum mengenal jarum, sipatiti akan merajah titi di tubuh dengan menggunakan kayu karai yang diruncingkan bagian ujungnya.
Tato Suku Mentawai dibuat sesuai status sosialnya, seperti para pemburu akan dirajah sesuai hasil buruannya.
Dahulu, titi populer di kalangan lelaki dan perempuan Suku Mentawai yang telah beranjak dewasa.
Proses untuk mendapatkan titi juga tidak mudah karena harus melewati tahapan persiapan yang lama, termasuk menjalani sejumlah upacara adat dan juga pantangan yang tidak semua orang sanggup melewatinya.
Uma merupakan nama rumah tradisional dari kayu yang ditinggali oleh Suku Mentawai.
Bagi masyarakat tersebut ternyata Uma bukan hanya tempat tinggal namun juga pusat kehidupan sekaligus identitas masyarakat.
Uma dibangun tanpa menggunakan paku, namun menggunakan sambungan silang bertakik dan juga pasak.
Bentuk Uma menyerupai rumah panggung dengan tiang-tiang dengan atap tenda memanjang dari rumbia.
Di bagian depan Uma terdapat serambi terbuka untuk menerima tamu yang disebut talaibo.