POLEWALI MANDAR, KOMPAS.com – Bertekad menghabiskan masa senja dengan aman dan tenang, sepasang warga lanjut usia (lansia) di Kabupaten Polewali Mandar, Sulawesi Barat, memilih hidup sepi dan tenang di jalur sunyi.
Pasangan bernama Kallotong (64) dan Mulia (60) itu tinggal di hutan sembil menanam singkong dan pisang di kebun.
Rumah yang sudah lapuk dan tampak bocor di sana-sini menjadi saksi bisu kedua lansia ini merajut hari-hari bahagia bersama.
Meski hidup serba kekurangan, pasangan yang mengalami kebutaan karena penyakit ini bertekad tetap tinggal berdua di gubuk itu hingga akhir hayat.
Hujan deras baru saja reda saat Kallotong duduk santai sambil bercengkerama dengan Mulia di teras rumahnya, Selasa (11/1/2022).
Pasangan itu biasa bersantai menghabiskan hari di teras rumah yang terlihat sudah lapuk tersebut.
Sebelum bersantai di teras, pasangan lansia ini baru saja memetik daun singkong untuk dimasak sebagai sayur saat makan malam. Seperti biasa, tak ada yang istimewa dari menu makan malam pasangan itu.
Kallotong dan Mulia sudah sebulan tak menyantap telur, ikan, apalagi daging yang harganya selangit untuk keluarga kecil seperti mereka.
Kallotong dan Mulia sengaja memilih hidup sepi di tengah hutan Dusun Piccammu, Desa Arabua, Kecamatan Tutar, Polewali Mandar.
Baca juga: Tumpukan Sampah Menggunung hingga Berulat di Jalanan Polewali Mandar
Pasangan itu memiliki tiga anak yang telah berkeluarga. Ketiga anak mereka tinggal di rumah yang berbeda bersama keluarga mereka.
Salah satu dari ketiga anak Kallotong meranta ke Malaysia. Namun, pasangan itu telah lama tak mendengar kabar dari anak tersebut.
Meski tinggal dalam kondisi serba terbatas di tengah hutan, pasangan lansia yang telah dikarunia tiga anak itu mengaku hidup bahagia. Pasangan itu sengaja memilih hidup di hutan sejak 1998.
Gubuk tempat tinggal mereka yang berukuran tak lebih dari 3x3 meter itu sudah lapuk. Beberapa bagian atap rumah terlihat bocor.
Saat musim hujan, pasangan lansia ini kerap terjaga pada malam hari karena basah kuyup kehujanan. Mereka harus menepi ke bagian rumah yang tak bocor sambil berharap hujan segera red.
Mulia yang merupakan penyandang disabilitas buta dan tuli harus mengandalkan tongkat saat beraktivitas ke kebun atau di sekitar gubuknya.
Saat bertemu Kompas.com, Kallotong dan Mulia tampak senang menyambut tamu. Kallotong yang suka bergurau ini mengaku memilih tinggal di hutan karena tak ingin merepotkan banyak orang, termasuk anak-anaknya.
Di usianya yang renta, Kallotong mengandalkan sepetak kebun pisang dan kakao yang tak banyak berbuah. Di kebun itu ia juga menanam singkong.
Selain itu, ia mendapatkan bantuan sosial dan warga sekitar yang peduli dengan kondisi pasangan lansia tersebut.
“Biasa hanya duduk di rumah saja. Kalau ada warga yang kebetulan lewat dan kasihan, alhamdulillah,” tutur Kallotong saat ditemui, Selasa.