Salin Artikel

Cerita Kallotong dan Mulia Tinggal di Tengah Hutan Sejak 1998, Tak Mau Menyusahkan Orang

Pasangan bernama Kallotong (64) dan Mulia (60) itu tinggal di hutan sembil menanam singkong dan pisang di kebun.

Rumah yang sudah lapuk dan tampak bocor di sana-sini menjadi saksi bisu kedua lansia ini merajut hari-hari bahagia bersama.

Meski hidup serba kekurangan, pasangan yang mengalami kebutaan karena penyakit ini bertekad tetap tinggal berdua di gubuk itu hingga akhir hayat.

Hujan deras baru saja reda saat Kallotong duduk santai sambil bercengkerama dengan Mulia di teras rumahnya, Selasa (11/1/2022).

Pasangan itu biasa bersantai menghabiskan hari di teras rumah yang terlihat sudah lapuk tersebut.

Sebelum bersantai di teras, pasangan lansia ini baru saja memetik daun singkong untuk dimasak sebagai sayur saat makan malam. Seperti biasa, tak ada yang istimewa dari menu makan malam pasangan itu.

Kallotong dan Mulia sudah sebulan tak menyantap telur, ikan, apalagi daging yang harganya selangit untuk keluarga kecil seperti mereka.

Kallotong dan Mulia sengaja memilih hidup sepi di tengah hutan Dusun Piccammu, Desa Arabua, Kecamatan Tutar, Polewali Mandar.

Pasangan itu memiliki tiga anak yang telah berkeluarga. Ketiga anak mereka tinggal di rumah yang berbeda bersama keluarga mereka.

Salah satu dari ketiga anak Kallotong meranta ke Malaysia. Namun, pasangan itu telah lama tak mendengar kabar dari anak tersebut.

Meski tinggal dalam kondisi serba terbatas di tengah hutan, pasangan lansia yang telah dikarunia tiga anak itu mengaku hidup bahagia. Pasangan itu sengaja memilih hidup di hutan sejak 1998.

Gubuk tempat tinggal mereka yang berukuran tak lebih dari 3x3 meter itu sudah lapuk. Beberapa bagian atap rumah terlihat bocor.

Saat musim hujan, pasangan lansia ini kerap terjaga pada malam hari karena basah kuyup kehujanan. Mereka harus menepi ke bagian rumah yang tak bocor sambil berharap hujan segera red.

Mulia yang merupakan penyandang disabilitas buta dan tuli harus mengandalkan tongkat saat beraktivitas ke kebun atau di sekitar gubuknya.

Saat bertemu Kompas.com, Kallotong dan Mulia tampak senang menyambut tamu. Kallotong yang suka bergurau ini mengaku memilih tinggal di hutan karena tak ingin merepotkan banyak orang, termasuk anak-anaknya.

Di usianya yang renta, Kallotong mengandalkan sepetak kebun pisang dan kakao yang tak banyak berbuah. Di kebun itu ia juga menanam singkong.

Selain itu, ia mendapatkan bantuan sosial dan warga sekitar yang peduli dengan kondisi pasangan lansia tersebut.

“Biasa hanya duduk di rumah saja. Kalau ada warga yang kebetulan lewat dan kasihan, alhamdulillah,” tutur Kallotong saat ditemui, Selasa.

Sementara, hasil kebun pisang yang tidak seberapa juga tak bisa menopang kebutuhan hidup keluarga kecilnya.

Saat ditanya apa impian hidupnya di usia senja, Kallotong berharap gubuknya yang bocor bisa diperbaiki. Sehingga, ia dan istrinya bisa hidup tenang dan tak takut kehujanan saat malam.

“Rumah saya kasian sudah bocor dan patah di sana-sini. Liat sendiri kan ini patah itu patah dan bocor dan kehujanan kalau hujan,” kata Kallotong sambil menunjuk kondisi rumahnya yang lapuk dimakan usia.

Meski sudah lansia, pasangan kakek nenek ini tampak kompak dan hidup bahagia. Setiap pekerjaan mulai dari mengurus kebun pisang, memasak, dan mengangkat air dari sumur, dilakukan berdua.

Meski tak kuat lagi seperti beberapa puluh tahun lalu, mereka berharap kelak bisa hidup tenang di gubuk kecil sederhana itu.

Kallotong mengaku tetap setia dan mencintai istrinya sepenuh hati. Sementara sang istri, juga menerima Kallotong sepenuhnya.

Tak heran jika kedua lansia ini betah duduk berjam-jam di teras rumah sambil mengobrol apa saja, termasuk masa depan keluarga kecil mereka.

“Sudah lama buta dan tuli seperti ini. Dulu sakit-sakitan tapi tidak bisa ke dokter karena biaya tidak ada,” kata Mulia. 

https://regional.kompas.com/read/2022/01/16/101429378/cerita-kallotong-dan-mulia-tinggal-di-tengah-hutan-sejak-1998-tak-mau

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke