Melansir laman ITB, awalnya Pemerintah Hindia Belanda mendirikan kampus ini sebagai jawaban untuk memenuhi kebutuhan tenaga teknik semakin terbatas imbas Perang Dunia pertama.
Pada awal pendiriannya, TH berhasil menjaring 28 orang mahasiswa. Dari jumlah ini, hanya dua orang saja yang merupakan pribumi. Empat tahun kemudian, TH berhasil meluluskan 12 orang insinyur pertamanya.
Status TH pun berganti dari swasta menjadi instansi pemerintah. Pada tahun 1926, TH meluluskan 19 orang insinyur dengan 4 orang di antaranya adalah pribumi. Satu dari empat orang itu adalah Ir. Soekarno.
Saat ini, ITB memiliki 12 fakultas dan sekolah, 131 program studi, dan 111 kelompok keahlian.
4. Universitas Islam Indonesia
Perguruan tinggi yang berada di Yogyakarta ini didirikan pada masa kemerdekaan yaitu 8 Juli 1945. Awalnya kampus ini bernaam Sekolah Tinggi Islam (STI).
Pendirian STI merupakan hasil sidang umum Majelis Sjoero Moeslimin Indonesia atau Masjoemi. Beberapa tokoh nasional hadir dalam sidang ini, di antara Mohammad Hatta, Mohammad Natsir, Mohammad Roem, hingga KH. Wahid Hasjim.
STI terus mengalami perkembangan. Pada 3 November 1947, STI resmi berubah nama menjadi Universitas Islam Indonesia (UII).
Melansir laman UII, kampus ini menawarkan 4 program studi jenjang diploma, 25 program sarjana, 13 program magister, 4 program doktoral, dan 3 program profesi.
Perguruan tinggi tertua berikutnya adalah Institut Pertanian Bogor (IPB). Awalnya IPB merupakan sekolah pertanian pada Universitas Indonesia, dan didirikan pada 1 September 1963.
Kampus ini resmi berdiri sendiri dengan nama IPB pada 7 November 2017 melalui hasil keputusan rapat pleno Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi (BAN-PT).
Melansir laman IPB, kampus ini menyelenggarakan program melalui sejumlah fakultas, seperti Fakultas Pertanian, Fakultas Kedokteran Hewan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Fakultas Peternakan.
Kemudian Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, Fakultas Pertanian, Fakultas MIPA, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Fakultas Ekologi Manusia, dan Sekolah Bisnis.
Baca juga: Pertama di Indonesia, IPB Resmikan Laboratorium Uji Antivirus
6. Universitas Nasional
Universitas Nasional atau Unas didirikan pada 15 Oktober 1949. Pendirian kampus ini diprakarsai oleh beberapa tokoh seperti Mr. Sutan Takdir Alisjahbana, R. Teguh Suhardho Sastrosoewignjo, Mr. Soedjono Hardjosoediro, Prof. Sarwono Prawirohardjo.
Melansir laman Unas, awalnya kampus ini diberi nama Akademi Nasiona. Terdapat 5 fakultas pada Akademi nasional ini, yaitu Sosial, Ekonomi dan Politik, Biologi, Matematika dan Fisika, Sastra Indonesia, dan Sastra Inggris.
Pemilihan nama Akademi saat itu bertujuan untuk menghindari peraturan kolonial yang masih berlaku di Jakarta pada awal masa kemerdekaan.
Perkuliahan pertama Akademi Nasional diselenggarakan pada 15 Oktober 1949. Tanggal ini kemudian ditetapkan sebagai Hari Jadi Universitas Nasional.
Saat ini, Universitas Nasional secara total memiliki sembilan fakultas dengan 25 jurusan. Selain itu juga ada program Akademi Pariwisata dan Sekolah Pascasarjana.
7. Universitas Gajah Mada
Melansir laman UGM, kampus ini awalnya bernama Universitas Negeri Gadjah Mada. Saat itu, UGM merupakan gabungan dari sejumlah perguruan tinggi yang sudah ada sebelumnya.
Adapun perguruan tinggi yang dilebur menjadi UGM antara lain Balai Perguruan Tinggi Gadjah Mada, Sekolah Tinggi Teknik, dan Akademi Ilmu Politik yang terletak di Yogyakarta, Balai Pendidikan Ahli Hukum di Solo, serta Perguruan Tinggi Kedokteran Bagian Praklinis di Klaten.