NUNUKAN, KOMPAS.com – Banjir yang melanda lima kecamatan di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara, sejak 4 Januari 2022, berakibat pada kerusakan tempat tinggal dan kerugian warga di perbatasan RI – Malaysia.
Air bah yang disinyalir berasal dari Malaysia saat ini, dikatakan lebih besar ketimbang banjir tahun tahun sebelumnya.
Camat Lumbis Ogong Daud Yange menuturkan, arus air kali ini hampir sama dengan peristiwa banjir tahun 2014.
Baca juga: Polda NTB: Penyalur TKI Ilegal Pasang Tarif hingga Rp 10 Juta pada Korban untuk ke Malaysia
Saat itu tercatat sekitar 29 bangunan roboh dan hanyut diterjang banjir.
"Kali ini kita mencatat ada dua rumah warga hanyut, tiga kios BBM dan tiga kios Sembako hilang karena banjir," ujarnya, dihubungi, Kamis (6/1/2022).
Dua rumah yang hanyut, masing masing dimiliki oleh Yansung warga Desa Payang.
Dalam rumah berukuran sekitar 8x6 meter tersebut terdapat sejumlah mesin inventaris desa.
Ada satu unit mesin kapal nelayan, dan dua unit mesin penggiling ubi yang dititipkan di rumah panggung berstruktur kayu tersebut.
Baca juga: Kerja Jadi ART, Nur Afiah Asal Bulukumba Tewas Dibunuh Finalis MasterChef Malaysia
Rumah lain yang hanyut, ada di Desa Ubol Alung, milik Damson. Rumah tersebut baru saja selesai dibangun dan belum sempat ditempati pemiliknya.
"Beruntung saat banjir melanda, penghuni rumah tidak ada. Mereka masih menikmati tahun baru di rumah keluarga lain desa, tidak ada korban nyawa," lanjut Daud.
Bagi korban rumah hanyut, khususnya Yansung, pemerintah mempersilakan keluarganya untuk sementara tinggal di Balai Adat.
Nantinya, pemerintah setempat akan merapatkan solusi untuk tempat tinggal korban. Entah dengan cara urunan atau ada jalan lain.
"Kasus seperti ini bukan baru terjadi. Terlebih musibah banjir rutin terjadi setahun sekali bahkan lebih. Kita di perbatasan negara ini hanya bisa menuntut solusi, minimal bagaimana meminimalisasi kejadian seperti ini," katanya.
Terpisah, Kasubid Keselamatan pada Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Nunukan, Hasan, mengatakan pemerintah daerah terus mengimbau agar warga perbatasan khususnya yang tinggal di bantaran sungai, selalu meningkatkan kewaspadaan di musim hujan.
Siklus banjir tahunan yang merupakan banjir kiriman dari Malaysia ini, sebenarnya selalu menjadi perhatian khusus BPBD Nunukan.
Hampir setiap tahun, mereka mengirimkan laporan dan proposal permohonan anggaran kepada sejumlah Kementerian dan BNPB untuk penanggulangan dan meminimalisasi dampak.
"Kita tiap tahun bermohon dan memberi laporan. Kita meminta anggaran lewat Pemerintah Provinsi. Kita pernah dikasih anggaran tahun 2017 dan 2018 untuk pembangunan siring penahan longsor. Besarannya sekitar Rp 18 Miliar. Kita sudah realisasikan di lima kecamatan dengan lokasi berbeda beda. Kalau untuk permohonan anggaran wilayah langganan banjir, sepertinya itu terakhir kali diakomodasi APBN," kata Hasan.
Baca juga: Akses Jalan di NTT Putus Diterjang Banjir Bandang, Warga di 16 Desa Tak Bisa ke Kota
Ia menjelaskan, banjir tahunan memiliki siklus tetap.
Berasal dari hulu sungai di Malaysia, air akan melewati Kecamatan Lumbis Ogong, Kecamatan Lumbis Pensiangan, Kecamatan Lumbis Hulu dan Kecamatan Lumbis.
Di empat kecamatan ini, biasanya air hanya menggenang selama delapan jam sebelum surut dan menggenangi wilayah Kecamatan Sembakung.
Namun demikian, imbuh Hasan, kerugian setiap tahunnya mencapai puluhan miliar jika dihitung dari sektor pemukiman, infrastruktur, ekonomi, perkebunan, persawahan dan lainnya.
"Memang kita akui, penanganan Pemerintah daerah masih sebatas pemberian bantuan, upaya evakuasi dan pelatihan siaga bencana. Untuk pembangunan dan penanggulangan masih kurang," imbuhnya.
Kondisi banjir terakhir, air di empat kecamatan sudah mulai surut.
Peringatan diberikan untuk warga Kecamatan Sembakung karena air mulai naik 1,6 meter dari ketinggian air sebelumnya yang terdeteksi 4,65 meter.
Sejauh ini, di wilayah pemukiman penduduk di Kecamatan Sembakung, kondisi air tertinggi sekitar 1 meter di dalam rumah panggung.
Belum dibutuhkan evakuasi, karena sesuai kebiasaan, masyarakat sudah menyiapkan pungkau atau para para untuk mereka tinggali.
"Siklusnya selalu begitu, saat empat kecamatan di hulu sudah surut, air akan tertampung di Sembakung. Jadi kita sudah siap mengantisipasi itu semua. Kita konsentrasi di Sembakung saat ini," kata Hasan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.