Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Miris, Bayi Korban Pemerkosaan di Bandung Dijadikan Alat Pelaku untuk Mencari Dana

Kompas.com - 10/12/2021, 12:35 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Bayi-bayi yang dilahirkan para korban pemerkosaan guru pesantren di Bandung dijadikan alat oleh pelaku untuk meminta dana kepada sejumlah pihak.

Oleh pelaku, para bayi tersebut diakui sebagai anak yatim piatu.

Fakta tersebut terungkap dari persidangan yang digelar tertutup beberapa waktu yang lalu.

Tak hanya itu, menurut Wakil Ketua Lembaga Perlindungan Saksi dan Korban (LPSK) RI Livia Istania DF Iskandar, pelaku yang bernama Herry Wirawan juga mengambil dana dari Program Indonesia Pintar milik para korban.

Baca juga: Keanehan Pesantren yang 12 Santriwatinya Diperkosa Guru: Ada Iming-iming Biaya Gratis, Ada SD-SMP tapi yang Lulus Tak Berijazah

Selain itu, dana BOS yang diterima oleh pihak ponpes tidak jelas penggunaannya.

Para korban juga dipekerjakan sebagai kuli bangunan saat membangun gedung pesantren di daerah Cibiru.

"Pelaku kemudian membujuk rayu anak didiknya hingga menjanjikan para korban akan disekolahkan sampai tingkat universitas," ucapnya.

Saat pemerkosaan terjadi, para korban tinggal di sebuah rumah yang dijadikan asrama pondok pesantren oleh pelaku.

Sidang itu menghadirkan terdakwa HW yang merupakan pemilik Ponpes MN yang digelar di PN Kota Bandung dari tanggal 17 November sampai 7 Desember 2021.

"Dari 12 orang anak di bawah umur, 7 di antaranya telah melahirkan anak pelaku," katanya.

Baca juga: Diungkap sejak 6 Bulan Lalu, Ini Alasan Polisi Tak Umumkan Kasus Guru Pesantren Perkosa 12 Santriwati di Bandung

Para korban masih bertalian saudara dan tetangga

Ilustrasi korban pemerkosaanShutterstock Ilustrasi korban pemerkosaan
Pusat Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TPA) Garut melakukan penelusuran terkait kasus tersebut.

Ia mengatakan, sebagian korban berasal dari Garut dan mereka maih bertalian saudara serta tetangga.

Oleh pelaku, para korban diiming-imingi biaya pesantren hingg sekolah gratis.

"Mereka di sana karena gratis, mereka banyak bertalian saudara dan tetangga juga," jelas Ketua P2TP2A Garut Diah Kurniasari Gunawan kepada wartawan, Kamis (9/12/2021) malam.

Menurut Diah, rata-rata para korban masuk ke pesantren tersebut mulai dari tahun 2016, sejak masih duduk di bangku SMP.

Baca juga: 8 Fakta Kasus Guru Pesantren Perkosa 12 Santriwati, dari 9 Bayi Dilahirkan hingga Korban Disuruh Jadi Kuli Bangunan

"Rata-rata ada yang tiga tahun, ada yang empat tahun," katanya.

Ia juga menjelaskan, korban disebut telah lulus SMP di pesantren terebut, tetapi mereka tak memiliki ijazah.

Karena itu, pihaknya kesulitan untuk memfasilitasi para korban untuk melanjutkan pendidikan SMA.

"Ijazahnya ini benar apa enggak, ternyata ada yang sekolah di sana dari SD, ijazah SD enggak ada, ijazah SMP enggak ada, jadi itu harus ikut persamaan," katanya.

Baca juga: Mirip Kasus di Bandung, Guru Pesantren di Tasikmalaya Cabuli 9 Santriwati, Baru 2 yang Berani Lapor

Peserta didik yang masih usia sekolah akan difasilitasi untuk bisa masuk sekolah formal. Sementara itu, peserta didik yang baru melahirkan disarankan mengikuti kejar paket.

Selain anak di bawah umur, menurut Diah, saat ini korban perkosaan dari Garut yang didampingi P2TP2A ada juga yang telah kuliah sebanyak dua orang.

Saat ini, mereka sudah mulai kembali melanjutkan hidupnya dan tidak ingin diganggu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Agie PermadiAri Maulana Karang | Editor : Aprillia Ika)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Kronologi Kaburnya Tahanan Lapas Klaten

Kronologi Kaburnya Tahanan Lapas Klaten

Regional
Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Pilkada Banyumas, PDI-P Buka Pintu Koalisi dengan Partai Lain

Regional
[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

[POPULER NUSANTARA] Pensiunan PNS Tiba-tiba Jadi WN Malaysia | Kerangka Manusia Berpeci di Gunung Slamet

Regional
Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com