Secara kelembagaan lebih besar, dari mulanya kelompok menjadi unggulan iptek perguruan tinggi, di dalamnya dibina langsung dan dibiayai pemerintah.
Fokus penelitiannya tidak hanya soal makanan saja tetapi seluruh produk misalnya kosmetik, obat-obatan.
Lebih rinci lagi, Rohman menjelaskan, dalam obat-obatan pasien sering diberikan obat berupa kapsul, cangkang kapsul ini bermacam-macam jenis bahan dasar pembuatannya.
Baca juga: Peneliti Temukan 25.000 Ton Sampah Medis Terapung di Lautan akibat Pandemi Covid-19
Ada yang dibuat dari gelatin babi, ada juga yang dibuat dari gelatin sapi.
“Kalau berbicara produk halal tidak hanya makanan dan minuman tetapi juga kosmetik, farmasi, obat. Itu nanti juga harus bersertifikat halal,” kata dia.
“Mungkin masyarakat tidak terpikirkan cangkang kapsul itu terbuat dari gelatin sapi atau babi. Dengan teknologi sekarang bisa dideteksi,” sebut Rohman.
Penelitiannya tidak terfokus pada bahan-bahannya saja tetapi lebih fokus ke komponen non-halal, karena gelatin babi bisa digunakan di permen, kapsul dan lainnya.
Penelitian yang ia lakukan mendapatkan dukungan dari berbagai pihak, karena sangat berguna, mengingat Indonesia adalah salah satu negara dengan umat Muslim terbanyak di dunia.
“Saya dapat dukungan, karena kita selama ini banyak dibandingkan dengan Malaysia. Di sana maju banyak penelitian halal, kok Indonesia enggak?” kata dia.
Baca juga: Epidemiolog UGM: Musim Hujan, Waspada Tiga Penyakit yang Muncul
Ia menyampaikan di dunia penelitian sudah tidak lagi berbicara soal personal, tetapi sudah antarinstitusi, kompetisi bahkan antarnegara.
“Kompetisinya kan level antarinstitusi, antarnegara, dan pasti didukung. Di UGM peneliti ini lintas fakultas,” imbuh dia.