DRS saat ini tercatat sebagai guru aktif di SMAN 1 Bangunrejo, Lampung. Berdasarkan keterangan sekolah, DRS sudah mengajar sejak 2005.
Pihak sekolah mengaku terkejut dengan penangkapan DRS, karena selama ini pria itu dikenal humoris dan mudah bergaul.
"Supel, suka bercanda. Jadi dekat dengan kita semua. Bukan hanya dengan saya, dengan semua guru, dekat. Karena suka bercanda, nggak ada yang fanatik gitu," kata Humas SMAN 1 Bangunrejo, Budi Rahardjo saat ditemui wartawan yang melaporkan untuk BBC News Indonesia.
Baca juga: Densus 88 Tangkap Lagi 4 Tersangka Teroris di Lampung
Budi juga mengatakan, DRS tak pernah menunjukkan gelagat mengajarkan paham radikal, misalnya menolak upacara bendera.
"Nggak pernah," tambah Budi.
Seorang siswa yang ditemui pun mengaku selama belajar Bahasa Indonesia dengan DRS, tak pernah terdapat ajaran radikal yang disampaikan.
"Nge-share materi kayak guru-guru yang lain. Terus dikasih soal-soal Bahasa Indonesia nanti kita kerjain," katanya.
Baca juga: 5 Hal Terkait Operasi Densus 88 di Lampung, Dugaan Sumber Pendanaan Aksi Teror
"Selama dia Islam, selama dia baik, kita baik bergaul dengan mereka. Atau pun non-Muslim kita harus baik terhadap mereka. Seperti itu. Ada pun di dalam itu, kita menyimpan rahasia. Seperti mata-mata," kata Iqbal.
Pola perekrutan yang dilakukan JI sangat ketat, dan butuh waktu bertahun-tahun sampai disumpah untuk setia terhadap organisasi.
"Ada yang 10 tahun, ada yang 5 tahun. Ada yang nggak naik-naik, ada. Sampai dibaiat," kata Iqbal.
Baca juga: Imbas Penangkapan Terduga Teroris JI di Lampung, Ribuan Kotak Amal Ditarik dari Peredaran
Berdasarkan pengalamannya, anggota JI baru bisa ditangkap setelah kepolisian mengorek keterangan dari anggota yang sudah ditangkap.
"Kenapa teman-teman saya bisa kena sekarang, yaitu tadi, pembukanya adalah saya, sebab saya sudah kena, jadi gampang untuk mempolanya," tambah Iqbal.
Iqbal menambahkan, umumnya jaringan JI melakukan penjaringan anggota melalui pengajian umum, atau di pesantren-pesantren.
Proses pemilihan anggota pun disebut harus yang loyal dan bisa diperintah.
Dalam pelbagai survei disebutkan tingkat radikalisme peserta didik dan guru masih tinggi. Seperti survei Alvara Research Centre yang menyebut satu dari empat peserta didik siap berjihad untuk tegaknya negara Islam.
Baca juga: 400 Kotak Amal dan 1 Mobil Disita Densus Saat Tangkap Terduga Teroris di Lampung
Pengamat terorisme dari Universitas Indonesia, Muhammad Syauqillah menilai lembaga pendidikan menjadi salah satu titik temu kelompok-kelompok teroris untuk membentuk radikalisme, dan perekrutan anggota baru.
Paham yang dibentuk di antaranya menolak Pancasila, pro khilafah, dan intoleran terhadap keberagaman.
Baca juga: Densus 88 Kembali Temukan Ratusan Kotak Amal di Lampung
Namun, berbeda dengan kelompok teroris dan radikal lainnya, JI ia sebut lihai bersembunyi.
Ia juga menyebut guru ASN yang diduga anggota JI kemungkinan fenomena gunung es, sehingga perlu diwaspadai.
"Usulan kepada negara, aparat keamanan kita, memang perlu setidaknya memberikan wacana kepada publik, pola gerakan JI itu seperti apa sih, sehingga masyarakat ketika menemukan setidaknya simtom-simtom karakteristik yang mereka temui di masyarakat," kata Syauqillah.
Baca juga: Densus Sebut LAZ yang Dikelola JI di Lampung Sebar hingga 2.000 Kotak Amal
"Tapi menurut saya ini harus bersama-sama. Ini bukan masalah sektor per sektor, di semua lini saling refleksi supaya hal seperti ini tak terjadi kembali," kata Iwan.
Kepolisian menangkap guru berinisial DRS bersama dengan dua tersangka teroris lainnya di lokasi berbeda di Lampung.
Mereka terkait dengan jaringan JI. Menurut kepolisian, para tersangka yang ditangkap karena punya misi untuk perekrutan kader baru bertujuan melakukan jihad global.
Baca juga: Kepsek SD di Lampung Dibaiat Jamaah Islamiyah, Dianggap Tahu Aliran Dana Teroris
Mereka juga diduga mengumpulkan uang melalui kotak amal yang diduga melibatkan Yayasan Abdurrahman bin Auf, salah satunya untuk mendanai pengiriman anggota ke negara konflik seperti Suriah dan Afghanistan.
Di awal tahun 2021 lalu sekitar 23 pelaku terorisme telah ditangkap di wilayah Provinsi Lampung oleh Densus 88 Antiteror Mabes Polri.
Dari pengembangan tiga tersangka yang ada di Provinsi Lampung yaitu SK, SB dan DRS, kemarin sudah ditemukan beberapa kotak amal.
"Kegiatan ini tidak terlepas dari kerjasama tim dari Densus 88 Antiteror Polri dengan backup dari Polda Lampung dan Polres jajaran", kata Kabid Humas Polda Lampung, Kombes Pol Zahwani Pandra Arsyad kepada wartawan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.