Kondisi tersebut sempat membuat EN meminta S untuk menceraikan dirinya namun S menolak dengan pertimbangan ingin mempertahankan keutuhan rumah tangga.
S bahkan bersedia menutup mata jika EN menjalin hubungan asmara dengan pria lain dengan syarat hubungan itu tidak diperlihatkan di depan dirinya.
Yudho menyatakan penyidik unit Perlindungan Perempuan dan Anak dapat mengonfirmasi latar belakang keretakan rumah tangga pelaku dan korban.
"Pelaku memang pernah menjalani operasi dan setelah tindakan medis itu dirinya mengalami penurunan kemampuan seksual. Ini dapat kami konfirmasi," ujarnya.
Namun beberapa tahun lalu ketika EN menjalin hubungan dengan teman sekolahnya yang bekerja di Surabaya, S terbakar api cemburu.
Hal itu dipicu oleh perilaku EN yang dianggap sengaja memamerkan kemesraannya dengan pria lain di depan S.
"Dia seringkali pergi ke Surabaya kemudian memperlihatkan di HP-nya foto mesra-mesraan sama orang lain," kata S saat dihadirkan pada konferensi pers, Sabtu lalu (30/10/2021).
Menurut polisi, sebenarnya hubungan asmara EN dengan teman sekolahnya di sebuah SMP di Blitar sudah berakhir lantaran pria tersebut sudah meninggal dunia tahun lalu akibat Covid-19.
Namun sakit hati S masih membekas lantaran EN dianggap suka menceritakan perselingkuhannya ke orang lain yang menjadi pelanggan dagangan jamunya.
Masalah tersebut berujung pada pisah ranjang.
Kemudian EN kembali membakar api cemburu di hati S ketika sekitar sebulan sebelum kejadian dirinya sering sibuk berkomunikasi dengan seorang pria asing yang diduga berada di luar negeri.
Hubungan barunya dengan pria tersebut diketahui S beberapa pekan sebelum kejadian ketika dia diam-diam membuka buku diari milik EN.
Di buku itu, S menemukan kalimat-kalimat yang mencerminkan hubungan dekat istrinya dengan seorang pria.
Dengan memegang buku diari, EN sering menelepon melalui saluran WhatsApp dengan pria lain di depan S.
Rabu sore (6/10/2021), S lupa mematikan pompa air setelah berwudhu sehingga air di penampungan tumpah kemana-mana.
EN kesal dan marah-marah disertai ucapan yang bagi S menyakitkan.
"Korban mengatai pelaku dengan kata-kata 'tuwek goblok (tua goblok)'," ujar Kepala Unit Perlindungan Perempuan dan Anak Satreskrim Polres Blitar Ipda Linar Tiwi.
Menurut polisi, peristiwa sore hari itulah yang memantik munculnya segala kemarahan dan sakit hati yang selama ini ada di hati pelaku.
"Sebelum tidur di ruang tengah di depan televisi, pelaku mengaku teringat kembali rentetan peristiwa yang menyakitkan hatinya selama ini," ujar Linar.
Terbangun tengah malam, S tidak mampu membendung amarahnya.
Dia mengambil alu yang biasa digunakan istrinya untuk menumbuk ramuan jamu, kemudian bergegas ke kamar EN yang tertidur dan mengayunkan alu itu sebanyak tiga kali ke kepala EN.
Sekitar 30 menit kemudian, Kamis (7/10/2021) dini hari, pukul 01.00 WIB, anak kedua pasangan itu, R, pulang kerja dan mendapati ibunya tak bergerak bersimbah darah di kamarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.