Dikatakan dia berdasarkan informasi apabila ada mahasiswa yang ikut diklatsar menyampaikan kejadian yang mereka alami saat diklat secara publik akan mendapatkan denda dari menwa.
"Budayanya kalau berani speak up ada denda dan keluar juga dari menwa. Budaya itu kita terima dari salah satu anggota tim kita. Dia menemukan temuan ketika bertanya ke peserta diklat tahun lalu," kata dia.
Ketua Tim Evaluasi Korps Mahasiswa Siaga Batalyon 905 UNS, Dr Sunny Ummul Firdaus yang menemui aksi mahasiswa tersebut mengatakan merasa ada dukungan untuk menegakkan keadilan terkait meninggalnya Gilang.
Baca juga: Di Balik Kematian Mahasiswa UNS Saat Diklatsar, Kekerasan Benda Tumpul dan Korps Menwa Dibekukan
Namun demikian, Sunni tidak ingin dalam menegakkan keadilan tidak didukung dengan data yang valid.
"Maka kami mohon dukungan, bantuan semua yang hadir di sini. Termasuk tadi yang disampaikan ada mahasiswa yang tahun 2013 menyampaikan di Twitter kami harap bisa dibantu bertemu tim evaluasi," kata dia.
Sunni menambahkan tujuan tim evaluasi meminta mempertemukan mahasiswa yang menyampaikan peristiwa serupa yang terjadi pada tahun 2013 dengan harapan mendapatkan datayang valid.
"Kami tidak ingin bekerja berdasarkan isu, kami tidak ingin bekerja berdasarkan dugaan-dugaan, kami tidak ingin bekerja berdasarkan asumsi. Tapi kami ingin bekerja berdasarkan fakta, data yang valid dan dapat dipertanggungjawabkan," tegas dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.