Namun di tengah kemajuan dusun, muncul kekhawatiran dari tenaga pengajar di SD Negeri 1 Ujungalang Filial Bondan, Apudin (41)
"Sekarang sudah ada listrik, anak-anak jadi terbagi. Kalau saya tidak kasih wawasan, mereka terlena menggunakan ponsel," kata Apudin.
Di SD tersebut Apudin hanya mengajar 15 siswa dari kelas 1 sampai 6 ini.
Pria yang kesehariannya sebagai petambak ini berharap para siswa dapat memanfaatkan kemudahan akses listrik dan kemajuan teknologi dengan bijak.
"Saya mengarahkan bagaimana agar anak-anak memanfaatkan listrik untuk kegiatan yang positif, yang mendukung belajar mengajar," kata pria yang mengajar sejak tahun 2002 ini.
Apudin mengisahkan, pendirian SD filial tersebut berangkat dari keprihatinan karena banyaknya anak-anak yang tidak bisa mengakses pendidikan.
Pasalnya mereka mengikuti orangtua yang merantau dan kemudian menetap di Dusun Bondan untuk mengelola tambak.
Orangtua mereka sebagian besar berasal dari wilayah Bekasi dan sekitarnya di Jawa Barat.
"Dulu banyak anak usia sekolah, tapi tidak bisa sekolah. Tahun 2000 saya rekrut delapan anak, saya ajari baca tulis. Kemudian tahun 2002 saya punya anak didik di SD," ujar Apudin.
Sementara itu, Pjs Area Manager Communication, Relations & CSR PT KPI Unit Cilacap Ibnu Adiwena mengatakan, PLTH itu merupakan program Pertamina untuk membangun daerah terdepan, terpencil, dan terdepan (3T).
"Dulu belum ada listrik dan ekonomi tidak tumbuh. Kemudian diinisiasi permodelan menggunakan PLTH, yaitu kombinasi kincir angin dan panel surya," jelas Ibnu.
Ibnu berharap dengan adanya sumber energi terbarukan tersebut perekonomian Dusun Bondan tumbuh dan pendidikan anak-anak semakin baik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.