Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tidak Lagi Hidup di Kuburan, Sukardi Dibuatkan Rumah oleh Warga

Kompas.com - 08/10/2021, 09:12 WIB
Dani Julius Zebua,
Teuku Muhammad Valdy Arief

Tim Redaksi

KULON PROGO, KOMPAS.com – Sukardi (55) terus mengumbar senyum lebar di halaman rumahnya pada Pedukuhan Kedunggupit, Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Saat tersenyum itu sesekali tampak giginya yang renggang lebar.

Rumah itu ukuran 4x9 meter. Dinding dari batako tanpa plester, lantai semen kasar, daun pintu dan jendela dari kayu pohon waru, atapnya asbes. Rumah dilengkapi air ledeng dan listrik.

Rumah berada di ketinggian lereng Bukit Menoreh di Kebonharjo. Panorama alam tampak dari ketinggian.

Aku wis ora gelem ning endi-endi maneh. Enak ning kene (Aku sudah tidak mau ke mana-mana lagi, Enak di sini),” kata Sukardi pada warga yang datang di rumahnya, Kamis (7/10/2021).

Baca juga: Tiga Warga Rusia Diciduk karena Mengamen dan Tinggal di Kuburan Bali

Sukardi pria setengah baya sebatang kara. Ia kembali ke kampungnya di Kedunggupit, Kamis siang, setelah lebih dari satu tahun jalani binaan di Balai Rehabilitasi Sosial Bina Karya dan Laras DIY.

Balai ini tempat rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa sebelum kembali ke masyarakat.

Warga menyambutnya dan sudah menyediakan rumah layak huni bagi Sukardi. “Apik omahe (rumah ini bagus),” kata Sukardi.

Sukardi (55) orang dengan gangguan jiwa yang dulunya tinggal di pekuburan. Ia sudah pulih dan selesai menjalani rehabilitasi, lalu kembali ke kampungnya di Pedukuhan Kedunggupit, Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga membangun rumah sederhana dan baik untuk tempat tinggal pria setengah baya sebatang kara ini.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Sukardi (55) orang dengan gangguan jiwa yang dulunya tinggal di pekuburan. Ia sudah pulih dan selesai menjalani rehabilitasi, lalu kembali ke kampungnya di Pedukuhan Kedunggupit, Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga membangun rumah sederhana dan baik untuk tempat tinggal pria setengah baya sebatang kara ini.

Warga mengenal Sukardi sebagai ODGJ yang hidup menggelandang di desa sudah sejak lama.

Tidak ada yang ingat kapan persisnya Sukardi hidup seperti ini.

“Saya melihat dia saat saya masih kecil, dia tidak tertangani sejak di 1980-an,” kata Lurah Kebonharjo, Rohmad Ahmadi.

Baca juga: Ada Lansia Ditemukan Hidup di Samping Kandang, Ada Pula yang Tinggal di Kuburan

Ia tinggal di rumah-rumah kosong hingga gubuk reyot. Terakhir, ia hidup dan tinggal di kuburan pedukuhan sekitar lima tahun lamanya. Ia kotor dan tidak terawat. Sukardi meminta makan pada warga yang dilewatinya.

Sukardi (55) orang dengan gangguan jiwa yang dulunya tinggal di pekuburan. Ia sudah pulih dan selesai menjalani rehabilitasi, lalu kembali ke kampungnya di Pedukuhan Kedunggupit, Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga membangun rumah sederhana dan baik untuk tempat tinggal pria setengah baya sebatang kara ini.KOMPAS.COM/DANI JULIUS Sukardi (55) orang dengan gangguan jiwa yang dulunya tinggal di pekuburan. Ia sudah pulih dan selesai menjalani rehabilitasi, lalu kembali ke kampungnya di Pedukuhan Kedunggupit, Kalurahan Kebonharjo, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Warga membangun rumah sederhana dan baik untuk tempat tinggal pria setengah baya sebatang kara ini.
Pertengahan 2020, pemerintah melalui Dinas Kesehatan Kulon Progo dan Dinas Sosial Kulon Progo menjemput Sukardi dari kuburan dusun lantas mengirimkannya ke RSJ Grhasia di Sleman.

Sembuh dari Grhasia, ia menjalani rehabilitasi di Balai Laras.

“Saya mengecek kondisi Sukardi empat kali, satu kali saat di Grhasia dan tiga kali di balai. Dia akhirnya pulang setelah lebih setahun di balai itu,” kata Rohmad.

Sebelum pulang, pemerintah desa dan warga Kedunggupit menyiapkan rumah layak bagi Sukardi pada Februari 2021.

Baca juga: Cerita Makam Peneleh, Bekas Kuburan Mewah Pejabat Belanda di Surabaya

Pembangunan rumah menggunakan dana swadaya komunitas Kristiani dan Dana Desa.

Total mencapai Rp 25 juta, dipakai untuk membiayai pembangunan rumah dan keperluan Sukardi saat tinggal nanti.

Pada awalnya, pemerintah desa terkendala Sukardi yang tanpa identitas. Ini menyulitkan upaya desa membantu Sukardi.

Supardi (61), warga sekaligus kerabat Sukardi. Ia tinggal di pedukuhan yang sama.

Supardi menceritakan, Sukardi ikut transmigrasi bersama ayah ibunya ke Sumatera Selatan di masa lalu. Ayah dan anak ini pulang setelah kematian ibunya.

“Ayahnya meninggal di sini (Kebonharjo),” kata Supardi. Sejak itu, ia tak terurus.

Lurah Rohmad menelusuri jejak masa lalu Sukardi, termasuk sekolahnya. Upaya berhasil dan kalurahan bisa membantu Sukardi memiliki KTP.

“Persoalan tidak ada identitas sejak ia pulang dari Sumatera. Awal 2020 terbit KTP. Ini memudahkan perawatan dan penanganan, termasuk dari KTP ketahuan dia Katolik. Maka kami minta bantuan paguyuban Kristiani (untuk membangun rumah) dan kekurangan dana kami tambahi dengan APBDes,” kata Rohmad.

Baca juga: Mengenal Reti Iyang, Kuburan Batu Megalitikum dengan Relief Ikan di Sumba Timur dan Kisah Umbu Mehanguru Mehataku

Dukuh (kepala dusun) Kedung Gapit, Rismanto mengungkapkan, semua warga pedukuhan terlibat pembangunan rumah bagi Sukardi.

Antusias warga juga terlihat dari rencana mereka akan melibatkan Sukardi dalam banyak kegiatan pedukuhan dan desa.

Kesibukan dan perhatian diyakini akan membantu kondisi ODGJ selalu stabil.

“Kami juga berencana akan memberi bantuan kambing untuk kesibukan Sukardi ini. Kalau obat, akan diperhatikan oleh Wagimin,” kata Rismanto.

Mencipta desa tentram

Lurah Rohmad mengungkapkan, rumah bagi Sukardi ini merupakan rumah kedua yang diberikan pada ODGJ telantar di desanya.

“Satu rumah yang lain itu sebenarnya keluarga tanggung jawab. Tapi, karena sering kambuh maka diberi di rumah sendiri, sayang rumah tidak layak,” kata Rohmad. Pemdes dan masyarakat lantas membangunkan rumah layak bagi ODGJ ini.

Kasus ODGJ di desanya cukup banyak. Rohmad mengungkap ada sekitar 15 kasus ODGJ perlu penanganan serius yang terdata di 2018.

Baca juga: Nakes di Karimun Kepri Dikirimi Bungkusan Makanan Berisi Tanah Kuburan

Perjalanan waktu, sebagian besar sudah terawat baik bersama pendamping dan keluarganya.

“Sekarang tinggal sembilan. Tapi hanya satu yang perlu perhatian khusus. Yang lain, orangtua mendampingi dan banyak yang sudah bisa mengambil obat sendiri. Mereka terawat baik oleh keluarganya,” kata Rohmad.

Upaya memberi tempat layak bagi ODGJ telantar jadi bagian dari konsep ‘ desa sebagai omah ayem-ayem’ atau rumah nyaman dan tentram yang diterapkan pemerintah desa Kebonharjo.

Konsep ini menggambarkan situasi tentram desa tidak hanya dirasakan warga pada umumnya tapi juga sampai kelompok difabel, ODGJ hingga lansia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Polisi Masih Buru Pembuang Bayi dalam Ember di Semarang

Regional
Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Penuturan Eks Anggota OPM yang Kembali ke NKRI: Ingin Perbaiki Keluarga dan Kehidupan

Regional
Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Oknum HRD di Halmahera Selatan Diduga Pakai Data 45 Karyawan untuk Pinjol

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Petir

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Selasa 7 Mei 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Ketum GP Ansor Gus Addin Sebut Haerul Amri Aktivis Sejati NU

Regional
Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Polisi Buru Selebgram soal Arisan Bodong di Bengkulu, Kerugian Rp 2 Miliar

Regional
Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Hadi Santoso Gantikan Quatly Abdulkadir Alkatiri Jadi Wakil Ketua DPRD Jateng

Regional
Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Terobos Palang Pintu, Motor Terserempet Kereta di Banyumas, 2 Orang Tewas

Regional
Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Laporkan Pelecehan Seksual, Mahasiswi PKL Jadi Tersangka UU ITE

Regional
4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

4 Selat Strategis Pelayaran Dunia yang Ada di Kawasan Indonesia

Regional
Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Bocah SD di Brebes Diduga Jadi Korban Pencabulan Tetangga, Modus Pelaku Pinjamkan Ponsel

Regional
Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Pengangguran Terbanyak di Banten Lulusan SMK, BPS: Lulusan SD Paling Banyak Bekerja

Regional
Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Kasus Ayah Perkosa Anak Terungkap saat Korban Ketakutan di Pojok Ruangan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com