Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan Yesti Rambu Jola Pati: Bekerja sebagai ART hingga Jadi Sarjana Pendidikan Matematika

Kompas.com - 08/10/2021, 07:48 WIB
Ghinan Salman,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

SURABAYA, KOMPAS.com - Jalan terjal nan berliku dalam menjalani hidup dialami Yesti Rambu Jola Pati.

Pada Juli 2013, perempuan asal Kabupaten Sumba Tengah, Nusa Tenggara Timur (NTT) itu nekat merantau ke Surabaya, Jawa Timur. Saat itu, Yesti masih berusia 18 tahun.

Lahir dari keluarga tidak mampu, Yesti yang masih remaja memiliki keinginan kuat memperbaiki kondisi ekonomi keluarga.

Suatu hari, Yesti mendapat informasi dari tetangganya mengenai lowongan kerja sebagai asisten rumah tangga (ART) di Surabaya.

Kebetulan, saat itu Yesti sudah menyelesaikan jenjang pendidikan sekolah menengah atas (SMA) di kampung halamannya, Sumba Tengah.

Yesti masih ingat pengalaman yang membuatnya mantap merantau ke Surabaya. Saat makan malam bersama keluarga, tiba-tiba orangtuanya hanya diam tak mau makan. Air mata mereka menetes.

Kedua orangtua itu terisak memikirkan saudara Yesti yang kuliah di Kupang, NTT. Yesti paham, orangtua merasa memiliki kewajiban memenuhi biaya kuliah kakaknya. 

"Orangtua saat itu bilang, 'kita di sini bisa makan, lalu bagaimana dengan kakak kamu yang di Kupang, dia sudah makan apa tidak?'," kata Yesti kepada Kompas.com, Kamis (7/10/2021), menirukan ucapan orangtuanya.

"Yang membuat saya sedih, saat saya melihat kedua orangtua saya meneteskan air mata. Melihat kondisi ekonomi keluarga juga seperti itu, kakak saya juga kuliah dan harus dibiayai," ujar Yesti.

Kenangan menyedihkan itu mendorong Yesti untuk nekat merantau ke Surabaya. Yesti pun menyatakan kesiapan mengisi lowongan ART yang sebelumnya didengar dari tetangga.

Baca juga: Surabaya Masuk Daerah Kategori PPKM Level 1, tetapi...

"Bermula dari situ, saya bertekad untuk bisa memperbaiki taraf hidup keluarga saya. Karena kebetulan ada yang mencari tenaga kerja, saya menawarkan diri agar saya bisa bekerja dan bisa membantu mengurangi beban orangtua," kata Yesti.

Orangtua Yesti saat itu tak memberi izin. Apalagi, mereka tidak memiliki kenalan dan keluarga di Surabaya. Namun, Yesti tetap memaksa untuk pergi ke Surabaya.

Perjalanan merantau ke Surabaya

Kini, Yesti telah berusia 27 tahun. Dulu, saat memutuskan merantau ke Surabaya, ia sama sekali tak membawa uang.

Ia hanya membawa dua pasang pakaian, termasuk yang dipakai saat itu.

"Saya sama sekali tidak bawa uang, saat itu, karena memang tidak punya uang, handphone pun tidak ada saat itu," kata Yesti.

Yesti pun meminjam uang ke salah seorang temannya. Uang itu dipakai membeli tiket travel dari rumah menuju Pelabuhan Waingapu, Sumba Timur.

Perjalanan dari rumah Yesti menuju Pelabuhan Waingapu membutuhkan waktu tempuh sekitar dua jam. Setibanya di Pelabuhan Waingapu, Yesti nekat masuk kapal tanpa membeli tiket.

Sekitar 37 jam perjalanan menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya, Yesti selalu berusaha kabur dan sembunyi saat ada pemeriksaan tiket.

Bahkan, untuk makan, Yesti harus mengambil sisa makanan penumpang kapal lain yang masih tersisa.

Sampai saat ini, Yesti tak pernah menyangka bisa lolos di perjalanan laut itu hingga tiba di Kota Pahlawan.

"Jadi saat itu saya benar-benar nekat. Apa pun risiko yang akan terjadi nanti, saya akan terima," kata Yesti.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Harga Anjlok dan Cold Storage Tak Memadai, Nelayan di Aceh Terpaksa Buang 3 Ton Ikan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com