Untuk memenuhi kebutuhannya, dia bekerja serabutan, seperti membuat layang-layang untuk dijual hingga membantu tukang bengkel.
“Kadang anak saya ikut kalau bekerja,” tutur dia.
Ketika tinggal di Pakusari, kedua anaknya sempat sekolah. Namun, karena sudah sering berpindah-pindah, akhirnya sekolah mereka sudah tidak jelas.
”Apalagi sekarang daring, sudah lama tidak belajar,” tutur dia.
Baca juga: Viral, Napi Baju Loreng di Lapas Jember Melakukan Penganiayaan, Korban Dituduh Mata-mata Polisi
Sementara itu Zahra, putri sulung Solehuddin mengaku memiliki cita-cita sebagai dokter dan adiknya ingin mejadi pesilat.
Namun keduanya tak bisa belajar dan tidur dengan nyaman karena keterbatasan tempat tinggal mereka.
"Kalau saya ingin jadi dokter,” kata dia.
Dua bocah itu juga tak bisa berbuat banyak. Sebab, mereka tak memiliki buku untuk belajar.
Baca juga: Pelajar SMA di Jember Meninggal Seminggu Usai Vaksin, Ini Penjelasan Kadinkes
Terkait hal tersebut, Kepala Dinas Sosial Jember Widy Prasetyo mengatakan keluarga Solehuddin sempat dipindah sementara ke Rumah Indah Sehat (RIS).
Namun, kedua anak Solehuddin justru menangis karena tidak betah tinggal di tempat tersebut.
Akhirnya, berdasarkan hasil koordinasi dengan Muspika Patrang, keluarga itu dipindah kembali ke salah satu rumah warga di Kelurahan Baratan yang siap menampung.
Baca juga: Pelajar SMA di Jember Meninggal Seminggu Setelah Vaksin, Sempat Muntah dan Kaki Membengkak
Rumah tersebut diklaim layak untuk ditempati oleh keluarga Solehuddin.
“Saya juga pastikan kebutuhan dasar selama 30 hari ke depan tercukupi,” terang dia.
Selain itu, Widy juga menjamin kesehatan Solehuddin dan dua anaknya dengan didaftarkan dalam BPJS Kesehatan yang ditanggung oleh pemerintah daerah.
“Jangka panjangnya, jangan sampai pendidikan kedua anaknya telantar,” tutur Widy.
Ia menjelaskana jika Solehuddin mendapatkan tanah yang bisa ditempati, akan diusulkan dan dibangunkan rumah layak huni untuk tempat tinggal.
Baca juga: Warga Wajib Pakai Aplikasi PeduliLindungi Saat Berkunjung ke Markas Polri di Jember
Setelah itu, pihaknya juga akan mencarikan sekolah untuk kedua anak Solehuddin.
Menurut dia, keluarga tersebut tidak terdaftar dalam data terpadu kesejahteraan sosial (DTKS) sehingga tidak pernah mendapatkan bantuan sosial, baik dari program keluarga harapan (PKH) maupun lainnya.
“Ke depan prosesnya harus dimasukkan dulu data mereka ke DTKS, kalau sudah masuk berpotensi mendapatkan bantuan,” papar Widy.
Kompas.com bekerja sama dengan Kitabisa.com menggalang dana untuk membantu perjuangan Solehuddin dan 2 putrinya kecilnya, Zahra dan Putri.
Anda bisa mengirimkan donasi dengan klik di sini.
SUMBER": KOMPAS.com (Penulis: Bagus Supriadi | Editor : Priska Sari Pratiwi, Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.