Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Imas, Guru yang Tetap Semangat Tes PPPK meski Sakit Stroke, sampai Digendong Pengawas

Kompas.com - 18/09/2021, 18:55 WIB
Farida Farhan,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

KARAWANG, KOMPAS.com - Sabtu (18/9/2021) siang, Imas Kustiani duduk di kursi rotan di teras rumahnya di Perumahan Eka Mas Permai, Desa Pangulah Utara, Kecamatan Kotabaru, Karawang.

Sedang di luar rumah, cuaca tengah panas-panasnya.

Di meja tergeletak teko dan gelas dengan air putih yang tinggal setengah.

Juga tongkat yang lebih dari dua tahun ini menemaninya melangkah.

Baca juga: TNI Gadungan Ditangkap, Kata Pelaku Saat Diinterogasi: Ngapain Ditanya-tanya, Kita Sama-sama Tentara

Dengan terbata, Imas menceritakan keinginannya diangkat menjadi pegawai negeri sipil setelah berulangkali mengikuti tes CPNS.

Termasuk mengikuti seleksi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja (PPPK) guru yang diselenggarakan di SMA N 3 Karawang Barat baru-baru ini, meskipun tengah sakit stroke.

Video Imas hendak mengikuti tes PPPK jalan terseok hingga akhirnya digendong pengawas seleksi pun viral di media sosial.

Saat itu, Imas diantar suaminya, Nana Suhana (54).

"Saya sudah sejak 2003 mengajar, di SDN Wancimekar 1," ujar perempuan 53 tahun itu.

Semangat Imas yang telah 17 tahun menjadi guru honorer itu tak pupus meski tengah sakit.

Ia bahkan tak hanya ingin dirinya saja yang diangkat, melainkan guru-guru honorer lainnya.

"Saya ingin diangkat, saya tetap semangat. Teman-teman guru saya, kepala sekolah pun meminta saya tak pupus harapan," ujar guru honorer kategori dua itu.

Baca juga: Tabrakan Beruntun, Truk Hantam 8 Kendaraan, Warung, Lalu Terjun ke Kolam

Meski begitu, Imas dan Nana tak mau mengungkit panjang lebar tentang honornya selama mengajar.

Ia menyebut, itu sudah menjadi kebijakan pemerintah dan kepala sekolah.

Pun saat ditanya apakah pernah ada keterlambatan pembayaran honornya.

"Saat ini sekitar Rp 1 juta," kata dia.

Semangat Imas tak lepas dari dukungan sang suami, anak, dan orang-orang di sekitarnya.

 

Nana menyebut, stroke yang diderita Imas berawal dari makanan. Awalnya, istrinya terkena darah tinggi.

Saban Imas ada keperluan, misal ke sekolah karena ada tugas, ia selalu mengantarnya, menggunakan sepeda motor yang juga biasa ia gunakan untuk berjualan es serut keliling.

Sebab, dua tahun ke belakang pembelajaran dilakukan secara online.

"Dia selalu semangat. Itu cita-citanya sejak dulu. Menjadi pendidik untuk mencerdaskan anak-anak," ucap Nana sambil memegangi lutut Imas.

Semangat tak patah arang itu, kata Nana, sudah dimiliki istrinya sejak muda.

Jauh sebelum sakit, Imas beberapa kali bahkan ikut melakukan aksi bersama para guru honorer, termasuk ke Jakarta.

"Karena itu, kami berharap kepada kepada pemerintah agar diangkat (PPPK), dan sehat kembali. Itu saja," ujar dia sembari matanya berkaca-kaca.

Imas pun langsung menimpali perkataan Nana.

"Yang lain yang belum diangkat semoga juga diangkat," kata Imas.

Pembelajaran daring didampingi guru lain

Di SDN Wancimekar 1, Imas kini mengajar kelas 4. Ia mengajar semua mata pelajaran, kecuali olahraga dan pendidikan agama.

Saat pandemi Covid-19 melanda, pembelajaran pun dilakukan secara daring. Ia sehari-hari mengajar menggunakan teleon genggam dari rumah.

"Ada guru lain yang mendampingi. Alhamdulillah banyak yang mendukung," ungkap Imas.

Imas dan Nana menikah tahun 2001 dan dikaruniai seorang anak.

Baca juga: Viral, Sedang Renovasi Rumah Malah Dipungli Preman, di Kantor Polisi Pelakunya Minta Maaf

Suatu hari, Imas meminta izin kepada Nana untuk melanjutkan sekolah dan mengajar.

Imas merupakan lulusan Sekolah Pendidikan Guru (SPG). Ia kemudian melanjutkan kuliah di UPI Purwakarta.

"Saya izinkan, karena memang latar dia pendidikan guru," kata dia.

Suatu hari, pabrik tempat Nana bekerja bangkrut. Ia pun beralih menjadi penjual es serut atau apa saja yang tengah musim.

 

Selain berjualan berkeliling, ia juga kerap ikut jualan di pasar malam. Setiap pukul 17.00 WIB ia berangkat, lalu pulang sekira jam delapan malam.

"Penghasilan tidak tentu. Apalagi sejak pandemi, jarang dapat Rp 100.000. Kadang Rp 60.000, kadang Rp 50.000," ungkap dia.

Meski tak menampik ada kendala, Nana bersyukur kebutuhan ia dan istrinya selalu tercukupi.

Apalagi putrinya berikut suaminya selalu membantu.

"Alhamdulillah," ucap dia.

Baca juga: Perahu Tenggelam Dihantam Gelombang di Perairan Tual, 2 Penumpang Hilang

Hingga saat ini, keduanya tak henti saling menyemangati.

Dengan sabar, Nana senantiasa merawat dan mengantar Imas. Termasuk saat mengikuti seleksi PPPK.

"Waktu itu saya bilang ke pengawas, istri saya sakit jalannya agak lama. Saya mohon waktu, takut terlambat. Malah pengawas langsung menggendong istri saya," kata dia.

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Kemenkes Berikan Beasiswa Kedokteran Khusus untuk Anak Asli Natuna

Regional
Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Banjir Sembakung Jadi Perhatian Nasional, Pemda Nunukan Dapat Bantuan 213 Unit Rumah dari BNPP

Regional
Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Gempa Magnitudo 5,2 Guncang Wilayah Lumajang

Regional
Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Wilayah Rawan Banjir Kiriman Malaysia Jadi Sasaran TMMD, Kodim 0911/NNK Siapkan Lahan Pangan

Regional
6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

6 WNI Jadi Tersangka Penyelundupan WN China ke Australia

Regional
Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Korban Tungku Meledak di Lampung Bertambah Jadi 4 Orang, Polisi Selidiki Penyebabnya

Regional
Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Pilkada Demak: Dua Orang Mendaftar ke Gerindra, Ada yang Diantar Klub Sepak Bola

Regional
Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Nekat Rebut Kalung Emas Lansia, Jambret di Brebes Babak Belur Dihakimi Massa

Regional
Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Mawar Camp Gunung Ungaran di Semarang: Daya Tarik, Aturan, dan Harga Tiket

Regional
Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Tak Hafal Lagu Indonesia Raya Saat Bikin KTP, Gadis di Nunukan Mengaku Dilecehkan ASN Disdukcapil

Regional
Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Sabtu, Wali Kota Semarang Bakal Daftar Pilkada 2024 di DPC PDI-P

Regional
Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Polisi Tangkap Preman yang Acak-acak Salon Kecantikan di Serang Banten

Regional
Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Rumah Pembunuh Pelajar SMK Diserang Puluhan Massa Bersenjata Parang

Regional
Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Maju Bakal Calon Wakil Wali Kota Semarang, Ade Bhakti Mendaftar ke PDI-P

Regional
Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Teka-teki Pria Ditemukan Terikat dan Berlumpur di Semarang, Korban Belum Sadarkan Diri

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com