LAMPUNG, KOMPAS.com - Kolaborasi nan apik antara data penelitian dan desain seni modern tercipta di Rumah Informasi Sejarah (RIS) Kota Metro, Lampung.
Beragam informasi yang dipajang di bangunan cagar budaya, Rumah Dokter (Dokterswoning) itu membuat rentetan sejarah masa lalu lebih mudah dipahami.
RIS benar-benar berisi display sejarah masa kolonialisme yang ramah bagi milenial.
Bangunan tua yang tadinya tak terpakai, kini mulai didatangi berbagai komunitas.
Inisiatif sekelompok anak-anak muda pegiat sejarah mengubahnya menjadi rumah informasi mengenai sejarah kota.
Baca juga: Perang Lampung Melawan Belanda (1850-1856)
Kian Amboro yang merupakan salah satu sejarawan menuturkan, rumah informasi itu berdiri atas kerja sama berbagai kalangan dan dibiayai oleh donasi publik.
“Tak hanya sejarawan, di dalamnya ada peran desainer interior, desain grafis, pekerja listrik, mebel, dan tentunya mahasiswa," kata Kian saat dihubungi Kompas.com, Kamis (9/9/2021).
Mimpi membangun RIS, menurut Kian, sudah ada sejak tahun lalu.
Namun, karena tidak mungkin dikerjakan sendirian, rencana tersebut sempat tertunda.
Rumah Informasi Sejarah ini, menurut Kian, berisi rangkuman perjalanan sejarah Metro menjadi sebuah kota.
Awalnya, hasil penelitian dan penelusuran dokumen sejarah sudah berada di tangan Kian.
Namun, bentuknya masih berupa makalah.
Sebagai dosen muda, Kian ingin hasil penelitian ini bisa dinikmati, bukan hanya oleh akademisi, namun masyarakat luas, terlebih lagi generasi milenial.
“Di ruang yang terbatas kami berusaha menampilkan informasi yang padat melalui display, mulai dari era kolonisasi hingga hari ini, agar pengunjung bisa langsung mengetahui garis besar sejarah perjalanan kotanya," tutur Kian yang juga dosen Universitas Muhammadiyah (UM) Metro.
Baca juga: Mengenal Baju Adat Lampung yang Dikenakan Jokowi Saat Upacara HUT Ke-76 RI
Untuk mengejawantahkan makalah menjadi bentuk karya populer, Kian berkomunikasi dengan influencer Lampung, Oki Hajiansyah.
"Konsep di Eropa sekarang ini banyak keterlibatan publik, mulai dari donasi sampai eksekusi grafisnya," kata Oki.
Baca juga: Lampung Punya Pantai Gigi Hiu, Seperti Apa Keunikannya?
Oki pun berusaha mengaplikasikan konsep tersebut di Kota Metro.
Data hasil penelitian sudah ada, tinggal mencari desain interior dan desain grafis.
Broder Project, sebuah firma desain di Kota Metro diajak untuk membantu konsep interior Dokterswoning menjadi laiknya museum.
Ahmad Humaedi dari Broder Project mengungkapkan, pihaknya mengusung tema monokrom dengan earth tone.
Konsep ini membuat nuansa "zaman doeloe" makin kental dan searah dengan cerita yang ingin disampaikan.
"Gagasannya menarik dan kami juga ingin berkontribusi dalam kolaborasi lintas ilmu dan profesi ini," kata pria yang akrab disapa Midi itu.
Data penelitian tersebut kemudian diterjemahkan menjadi bentuk infografis dan kolase.
Grafis berbasis vektor ini untuk memudahkan publik membaca data sejarah tersebut.
Beberapa mahasiswa jurusan sejarah UM Metro disiapkan menjadi guide untuk memandu pengunjung.
Sebagai jembatan, disematkan QR code yang langsung terhubung ke situs web, sehingga pengunjung bisa membaca hasil penelitian secara detail.
"Saat ini masih proses finishing, sudah sekitar 98 persen selesai," kata Midi.
Tak hanya kolaborasi antar profesi, pengerjaan RIS Dokterswoning ini juga didanai oleh penjualan buku dan donasi publik yang mendapatkan dukungan dari berbagai kalangan.
Wakil Gubernur Lampung Chusnunia Chalim yang juga ikut mendukung hadirnya RIS ini menyambut baik konsep kerja bareng dalam pengerjaan RIS Metro.
“Konsepnya menarik, ada kerja sama stakeholders dan tidak mengandalkan dana pemerintah, jadi saya tentu terpanggil untuk mendukungnya," kata Nunik.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.