KOMPAS.com - Tigor Silaban adalah dokter legenda yang mengabdi di Tanah Papua. Selama lebih dari 40 tahun, dia mendedikasikan diri untuk warga di pedalaman Papua agar mendapatkan akses kesehatan yang sama.
Pengabdian dokter Tigor harus berakhir. Pria 68 tahun itu mengembuskan napas terakhirnya di Rumah Sakit Dok II Jayapura pada Jumat (6/8/2021).
Putra arsitek Masjid Istiqlal, Friedrich Silaban, itu meninggalkan seorang istri dan empat anaknya serta seorang cucu.
Baca juga: Proses Pemilihan Wagub Papua Masih Buntu, Ini Penjelasannya...
Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Daeng M Faqih menyebutkan bahwa seminggu sebelum meninggal, dokter Tigor Silaban dinyatakan positif Covid-19.
Dikutip dari Suryamalang.com, dokter Tigor pernah menjabat sebagai Kepala Dinas Kesehatan Papua dan pernah bertugas di Jayawijaya, Bokondini, Yahukimo, serta daerah pedalaman lainnya di Bumi Papua.
Saat mengabdi di Papua, dia juga membangun jaringan radio yang memudahkan komunikasi antarpuskesmas.
Baca juga: Sosok Victor Yeimo, Otak Kerusuhan Jayapura, Dikenal sebagai Orator, Vokal Suarakan Pembebasan Papua
Tulisan itu disebut dibuat pada 15 Januari 1978 oleh Tigor Silaban sebelum dia menjadi dokter.
Berikut tulisan lengkap "Janji kepada Tuhan" yang dibuat dokter Tigor Silaban:
Baca juga: Proses Pemilihan Wagub Papua Masih Buntu, Ini Penjelasannya...
Kalau Tuhan meluluskan saya sebagai Dokter di FKUI, saya berjanji kepada Tuhan dengan sungguh--sungguh dand engan sepenuh hati dan akal budi saya bahwa:
1. Saya akan bekerja sebagai Dokter di tempat yang jauh sekali dari Jakarta, dan say aakan bekerja lebih banyak di daerah-daerah pedalaman.
2. Saya tidak akan pernah membuka praktek Dokter swasta/mandiri/partikelir.
3. Saya tidak akan pernah meminta uang jasa kepada masyarakat ataupun perorangan tas pekerjaan Dokter saya.
4. Saya hanya akan bekerja sebagai dokter di institusi pemerintah atau swasta dan merekalah yang harus membayar saya sesuai dengan hak saya.
Demikianlah janji ini saya ucapkan pada hari Minggu tanggal 15 Januari 1978 jam 23.00 WIB di tepi pantai Ancol, dengan mempertaruhkan harga diri dan martabat saya, semoga kiranya Tuhan akan selalu menolong dan menguatkan saya dalam menjalankan janji ini.
Jakarta, 15 Januari 1978
Saya yang berjanji,
(==Tigor Silaban==)
Baca juga: Mengenal Para Pahlawan Nasional dari Papua
Dikutip dari Kompas.id, pada tahun 1979 setelah lulus dari UI, Tigor menjadi tenaga kesehatan di Puskesmas Bokondini yang berada di pedalaman Kabupaten Jayawijaya.
Ia bekerja di tengah keterbatasan infrastruktur, sarana transportasi, dan rawan gangguan keamanan.
Dokter Tigor dikenal kuat berjalan kaki menapaki gunung dan sungai hingga berhari-hari agar warga di pedalaman mendapat akses kesehatan.
”Ia bahkan dikenal sebagai dokter yang berani operasi pasien walaupun risikonya sangat tinggi. Saat itu, dokter spesialis bedah di Papua sangat minim,” kata dokter Bagus Sukaswara, rekan dan sahabat perjuangan Tigor.
Baca juga: Jelang PON XX, Pemerintah Percepat Vaksinasi Covid-19 di 5 Kabupaten/Kota Wilayah Papua
Semasa hidupnya, Tigor berhasil melahirkan banyak program pelayanan kesehatan di Papua. Salah satu yang terkenal adalah program jaringan kesehatan paralel.
Program kesehatan ini melatih tenaga nonkesehatan di daerah pedalaman, seperti perwakilan gereja.
Baca juga: Resmi, Pemprov Papua Tutup Pelabuhan dan Perketat Bandara
Mereka nantinya bakal membantu beragam pelayanan kesehatan, seperti pemberian makanan bergizi bagi anak serta sosialisasi kelambu pencegah demam berdarah dan malaria.
Hingga akhir hayatnya, dokter Tigor masih bertugas sebagai konsultan di Kabupaten Lanny Jaya.
Selamat jalan, dokter Tigor. Dedikasi dan kesetiaanmu bagi masyarakat Papua selama 42 tahun akan selalu dikenang sepanjang masa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.