MALANG, KOMPAS.com - Petugas pemakaman jenazah pasien Covid-19 di Kota Malang harus bekerja ekstra keras.
Sebab belakangan ini, jumlah jenazah pasien Covid-19 yang harus mereka makamkan selalu berjumlah lebih dari 20 orang per hari.
Pada Sabtu (3/7/2021), petugas memakamkan 23 jenazah pasien Covid-19.
Kemudian pada Minggu (4/7/2021), mereka memakamkan 21 jenazah Covid-19.
Sedangkan Senin (5/7/2021), para petugas memakamkan 26 jenazah pasien Covid-19.
Terkadang, karena kelelahan, mereka memilih tidur di makam sambil menunggu proses pemakaman berikutnya.
Baca juga: Jemaah Masjid di Blitar Demam dan Batuk Massal, Terbongkar 19 Orang Positif Covid-19
Memakamkan sampai dini hari
Kepala UPT Pengelolaan Pemakaman Umum Kota Malang, Taqroni Akbar mengatakan, proses pemakaman itu dilakukan hingga larut malam, bahkan sampai dini hari.
Semua jenazah yang meninggal sebelum pukul 18.00 WIB, dimakamkan pada hari itu.
Namun, jenazah yang meninggalnya setelah pukul 18.00 WIB, pemakamannya ditunda keesokan harinya.
"Berapa yang meninggal di hari ini, meninggalnya di bawah jam 6 sore harus kita tuntaskan pemakamannya, berapa pun. Tapi kalau lebih dari itu terpaksa ditunda besoknya. Meninggal jam 8 malam jam 9 kita jadwalkan besoknya," kata Taqroni melalui sambungan telepon, Selasa (6/7/2021).
Baca juga: Debat dengan Ganjar, Mahasiswa Positif Covid-19: Memutuskan Tak Pakai Masker Boleh Dong, Pak
Saat proses pemakaman, timnya selalu dilengkapi dengan alat pelindung diri (APD) lengkap.
"Kita berupaya semaksinal mungkin untuk mematuhi prokes," katanya.
Tidak hanya itu, mereka juga rutin mengonsumsi jamu tradisional untuk menjaga imunitas.
"Saya pakai jamu tradisional, biasanya beras kencur dan madu untuk menjaga kesehatan," katanya.
Baca juga: 5 Pasien Covid-19 RSUD dr Soedono Madiun Dirawat di Teras, Imbas Penuhnya Ruang Isolasi
Taqroni mengatakan, sebenarnya pihaknya merasa capek ketika harus menyelesaikan proses pemakaman dengan jumlah puluhan dalam sehari.
Apalagi, petugas yang tersedia hanya 14 orang.
Namun, karena rasa simpatinya terhadap keluarga korban, Taqroni berusaha mengesampingkan rasa capeknya itu.
Baginya, aspek kemanusiaan dengan memakamkan jenazah tepat waktu lebih penting.
"Ya kalau capek tidak bisa dihindari. Pasti merasa capek. Tapi semangat kemanusiaan ini yang membuat teman-teman menghilangkan rasa capek dan lelahnya. Melihat sedihnya keluarga korban menunggu di makam, ini menjadi dorongan seakan-akan harus segera dilaksanakan. Kalau tidak selesai kan ya kasihan," paparnya.
Baca juga: Rekor Baru Lagi di Wonogiri, 32 Jenazah Dimakamkan dengan Protap Covid-19 dalam Sehari
Taqroni mengatakan, melihat banyaknya jenazah Covid-19 yang harus dimakamkan, pihaknya sebenarnya butuh tambahan relawan.
Saat ini, hanya ada 14 orang yang aktif bertugas. Dari 14 orang, hanya ada 12 orang yang bertugas setiap harinya. Sebab, setiap hari ada dua orang yang diliburkan untuk menjaga kondisi tubuhnya.
12 orang itu dibagi menjadi dua tim. Masing-masing tim berjumlah dua orang.
"Sekarang 14, kita bagi dua. Cuma yang nggak masuk rata - rata dua orang tiap hari izin istirahat, jadi enam orang dimaksimalkan," katanya.
Baca juga: Pakai Helikopter, Khofifah Pantau Posko Penyekatan PPKM Darurat, Ini Hasil Evaluasinya
Biasanya selalu saja ada relawan baru yang masuk. Tapi mereka tidak bertahan lama.
"Ya dibutuhkan, sudah berupaya mencari tambahan, coba satu kali besok enggak kuat, jadi enggak bisa maksimal," katanya.
Taqroni mengatakan, menjadi petugas pemakaman di saat sekarang ini harus tangguh. Baik fisik atau mentalnya.
"Harus memiliki fisik yang memadai mengingat kerja tim sangat ekstra. Di samping itu pertaruhannya nyawa untuk menjadi relawan pemakaman ini," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.