Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kisah Rumah Letnan Tan Soe Kie di Pulau Senggarang, Jejak Pecinan di Tanjungpinang

Kompas.com - 05/07/2021, 06:07 WIB
Rachmawati

Editor

Sumber

KOMPAS.com - Tanjungpinang, Kepulauan Riau adalah kota lama yang menjadi pusat permukiman masyarakat Tionghoa sub suku Tio Ciu (Cao Zhouw) sub suku Hokkian (Fu Jian) pada abad 19 hingga abad 20.

Salah satu kawasan pecinan tertua ada di Pulau Senggarang. Dari Tanjungpinang bisa menyeberang menggunakan kapal kecil di Pelantar 1 atau Pelantar 3 menuju ke pelabuhan di Pulau Senggarang.

Tanjungpinang dikenal dengan nama Lao Lai. Dalam bahasa Teouciu dan Hokian artinya datang ke Riau.

Baca juga: Akau Potong Lembu, Jejak Kuliner Legendaris di Tanjungpinang

Sedangkan Senggarang dikenal dengan nama Chao Po yang berarti kotanya orang Teociu. Untuk Tanjungpinang dikenal sebagai kotanya orang Hokian atau Fu Po.

Bagi generasi tua yang tinggal di Tanjungpinang saat ini, Senggarang dikenal dengan nama Toa Po (kota lama tua) dan Tanjungpinang disebut Siao Po (kota baru).

Pecinan di Senggarang ada sejak abad 18

Rumah Letnan Tan Soe Kie di pelantar Pulau Senggarang jauh dari kesan megah layaknya rumah-rumah gedung mewah dari pejabat Cina yang ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda di Pulau Jawa dan Sumatera. Agni Malagina Rumah Letnan Tan Soe Kie di pelantar Pulau Senggarang jauh dari kesan megah layaknya rumah-rumah gedung mewah dari pejabat Cina yang ditunjuk Pemerintah Hindia Belanda di Pulau Jawa dan Sumatera.
Komunitas suku Teociu tinggal di Senggarang sejak awal abad ke 18 atau sekitar tahun 1772.

Salah satu tempat bersejarah di Senggarang adalah tilas hunian salah satu Letnan China bernama Tan Soe Kie.

Letnan Tan Soe Kie (Tan Swie Kie) memiliki jabatan Liutenant der Chineesen te Noord Bintan (Letnan Cina untuk Bintan Utara) yang menjabat dari tahun 1916 sampai dengan tahun 1942.

Baca juga: Bheley, Rumah Perpaduan Madura China yang Berkembang di Bangkalan

Dalam Almanak Hindia Belanda, nama Tan Soe Kie juga tercatat juga dengan ejaan Tan Swie Kie.

Ia memangku jabatan letnan dan diangkat pada 19 Juli 1916 hingga selesai menjabat pada tahun 1942 (bersamaan dengan selesainya sistem Kapitan Cina di Hindia Belanda).

Rumah sang letnan berkelir warna merah muda iberada di Senggarang RT 1 RW 2, No. 21 dengan luas 60x30 meter.

Berada di atas perairan laut, rumah tersebut memiliki 20 kamar dan lima dapur untuk masing-masing keluarga.

Baca juga: Toleransi di Sepiring Sate Kerbau di Kota Kudus

“Kakek itu anak ke dua dari lima bersaudara. Dulu ini rumah ramai, semua tinggal di sini. Kakek meninggal pada tahun 1962 dalam usia 70 tahun, awak (saya) berusia 15 tahun,” ujar Akong Jhonnny dikutip dari nationalgeographic.grid.id.

Rumah tersebut berada wilayah pecinan lawas dan disebut Rumah Yuan He Xing (Nguan Hak Hen).

Nama tersebut diambil dari nama perusahaan gambir dan karet yang dimiliki keluarga Tan.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com