"Saya pindah dari rumah ini 40 tahun lalu setelah menikah, ya terlalu banyak orang di sini dan ingin menghindari konflik. Sekarang rumah ini sepi,” ujar Jhonny.
Baca juga: Sepiring Rabeg Makanan Kecintaan Sultan Banten, tentang Kenangan Kota Kecil di Tepi Laut Merah
Rumah bersejarah itu kini ditinggali oleh dua adik sepupu perempuan Jhonny yang bernama An Neh (65) dan Xiao Ling (44).
“Ini perusahaan keluarga, usahanya gambir. Senggarang dulu pusatnya perkebunan gambir, ada lada juga,” ujar Akong Jhonny.
“Nah itu gambir dulu untuk mengawetkan warna kain dan batik,” ujar Akong Srijoto.
“Batik Lasem dan Pekalongan itu pakai gambir”, timpal Akong Anthony.
Tak heran, di beberapa kawasan pecinan Pulau Jawa selalu ada nama jalan yang diberi nama Gambiran.
Baca juga: Mencicipi Nasi Buk, Kuliner Khas Madura yang Berkembang di Kota Malang
“Ini sekarang sepi ya. Tapi di Klenteng ramai pengunjung dari resort Bintan,”ujar Akong Jhonny menggambarkan Senggarang.
Ia mengusap kening ketika menceritakan bahwa orang muda di Senggarang banyak yang pergi merantau, bahkan tak jarang yang menjadi warga negara Malaysia dan Singapura.
Keluarga Tan datang ke Bintan sejak pertengahan abad 19 dan menetap di Senggarang. Beberapa nama Tan tercatat menjadi kapitan sejak tahun 1844.
“Rumah ini masih seperti dulu. Bersejarah. Mungkin kalau pemerintah kota membantu merawatnya, bisa menjadi tempat kunjungan wisata sejarah,”ujar Akong Jhonny sambil memperlihatkan beberapa barang peninggalan kakeknya berupa medali kepangkatan dan tongkat jabatan sang letnan.
“Jika rumah ini dirawat dan dibantu oleh pemerintah, pasti warga di sini juga mendapat keuntungan. Supaya Senggarang dan warganya hidup ya,” kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.