Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

400 Tahun Hilang dari Peradaban, Rato Salu Maoge Pamona dari Kerajaan Tertua di Sulsel Bangkit Kembali

Kompas.com - 18/06/2021, 20:10 WIB
Amran Amir,
Khairina

Tim Redaksi

Datu dan permaisurinya diusung menggunakan usungan yang disebut dengan buleang dan dinaungi kain warna merah atau disebut lellung, kemudian di belakangnya terdapat payung merah atau Pajung Maejae yang dinamakan rombongan Dewan Adat Seppulo Dua.

Datu Luwu bersama permaisuri dan para rombongan dewan adat telah sampai di atas Lamming untuk melakukan pengukuhan.

Kerbau yang telah disembelih sebelumnya diambil kepalanya dan dimasukkan ke dalam Walasuji Supala, yakni tempat persegi empat terbuat dari bambu dan dililitkan kain kuning.

Pemangku adat Rato Salumaoge Pamona, Malkan Frans Keayo Bouw, dipanggil dan menuju Walasuji Supala untuk dikukuhkan dan diambil sumpahnya sebagai pemangku adat oleh Macoa Bawalipu ke-61, Muh Aras Abdi To Baji Pua Sinri.

Malkan Frans Keayo Bouw menduduki potongan kepala kerbau lalu dipasangi Passapu Kepala, selendang, dan keris pusaka.

Setelah pemasangan tersebut, dilakukan pengambilan sumpah yang isinya jika melanggar sumpah akan hancur tujuh turunan.

“Malkan Frans Keayo Bouw Tokoi Rato, pada prinsipnya di Lembang Pamona ini bapak mendapat jabatan di wilayahnya, olehnya itu Macoa Bawalipu menempatkan telur sebagai sumpah leluhur bahwa hancur tujuh turunan apabila tokoi Malkan Frans Keayo Bouw melakukan pelanggaran hukum adat,” ucap Muh Aras Abdi saat memberikan sumpah.

Baca juga: Jejak Jalur Rempah di Maluku, Sejarah Ambon dan Kerajaan di Tanah Hitu

Prosesi selanjutnya ditandai dengan menginjak telur sebagai simbol untuk menyatakan keaslian turunan, Jika telur tersebut pecah maka yang dikukuhkan adalah keturunan asli, Malkan pun menginjak telur dan pecah.

Setelah resmi dikukuhkan sebagai pemangku adat yang disebut Tokoi Rato, maka berhaklah untuk menjalankan atau mengurus wilayah adatnya.

Malkan Frans Keayo Bouw yang kini resmi sebagai Tokoi Rato Salumaoge atau pemangku adat kini bisa menginjakkan kaki di tanah.

Namun, sebelum menginjakkan kaki di tanah, ia menjalani prosesi yakni saat turun dari lamming, ia naik ke atas usungan atau bulleang dan diarak oleh warganya. Prosesi ini dapat dilakukan setelah Datu Luwu dan rombongan adat meninggalkan lokasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

'Bullying' Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

"Bullying" Suporter Persib Bandung, 2 Warga Solo Ditangkap

Regional
50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

50 Rumah Warga Terdampak Banjir Lahar Gunung Lewotobi NTT

Regional
Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Siap Gencarkan Sport Tourism, Specta Jateng Open Tennis Tournament 2024 Disambut Antusias

Regional
Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Polisi Tangkap 14 Orang Geng Motor Pelaku Tawuran yang Tewaskan Pelajar SMA

Regional
Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Tawuran Geng Motor Tewaskan 1 Pelajar SMA, Dipicu Saling Tantang di Medsos

Regional
Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Pembeli Timah Ilegal di Sungai Bangka Ditangkap, Total Ada 14 Tersangka

Regional
Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Geng Motor Tawuran di Bandar Lampung, 1 Korban Siswa SMA Tewas

Regional
Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Wilayah Terdampak Longsor dan Banjir Luwu Terisolasi, Pemprov Sulsel Salurkan Bantuan dengan Helikopter

Regional
Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Calon Independen di Pilkada Nagekeo Wajib Kantongi 11.973 Dukungan

Regional
Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Mahasiswa Unlam Hilang Saat Reboisasi di Hutan Kapuas Kalteng

Regional
Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Curug Putri Carita di Pandeglang: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Rute

Regional
ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

ART di Sukabumi Tewas Diduga Dibunuh di Rumah Majikan, Pelaku Ditangkap Dalam Bus

Regional
115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

115 Rumah Terdampak Banjir di Dua Nagari di Kabupaten Sijunjung

Regional
Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Serang Polsek di Kalteng, 4 Pemuda Mabuk Ditangkap

Regional
Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Geng Motor Tawuran Dalam Permukiman di Bandar Lampung, Warga Sebut 1 Orang Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com