Air bangar juga terbentuk di danau dan rawa yang di dalamnya ditumbuhi tumbuhan mati dan membusuk dan tidak terdekomposisi sempurna.
Akibatnya, air jenis ini memiliki kandungan oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) rendah.
Selain itu kandungan racun amonia, nitrit, konsentrasi sulfida (H2S) serta parameter lain yang tinggi membuat tak dapat ditoleransi ikan.
Umumnya air bangar terbentuk di hulu sungai, danau atau rawa dan berada di lapisan paling bawah air. Warnanya kehitaman dan berbau.
Baca juga: Cerita Nelayan di Sungai Mahakam Terdampak Tumpahan Minyak, Bangun Pagi Lihat Ikan Mati
Dalam waktu tertentu air bangar ini ikut mengalir dan membuat ikan stres, mabuk hingga mati.
"Selama ini air sungai mengalami pasang surut, tapi tidak menyentuh lapisan paling bawah yakni menyentuh air bangar. Sehingga air beracun ini tidak ikut mengalir," terang Iwan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/6/2021).
Air bangar baru mengalir, kata Iwan, biasanya terjadi saat musim kemarau.
Ketika permukaan air sungai terus menyusut pada musim kemarau, maka berpotensi menyentuh lapisan paling bawah.
Ketika tersentuh pada titik terendah, maka air bangar dengan volume tertentu yang mengendap bertahun-tahun itu bisa ikut mengalir ke Sungai Mahakam dari hulu.
"Air ini yang bikin ikan stres, mabuk bahkan mati karena beracun bagi ikan. Tapi enggak setiap saat hanya waktu tertentu saja saat kemarau," jelas dia.
Baca juga: 7 Kilometer Kawasan Sungai Mahakam Terdampak Tumpahan Minyak Kelapa Sawit
Meski begitu, lanjut Iwan, air bangar ini bisa dengan cepat ternetralisasi jika sudah tercampur dengan air sungai biasa namun dalam jumlah banyak.
Jika volume air bangar yang mengalir dari hulu dalam jumlah besar, maka butuh waktu tertentu untuk menetralkan kandungannya seiring campuran dan luas sebarannya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.