Salin Artikel

Banyak Ikan Mati di Sungai Mahakam, Ini Penjelasan Dosen Perikanan Unmul Samarinda

Bahkan beberapa di antaranya mati. Ikan-ikan itu muncul ke permukaan, terkapar dan menepi ke bibir sungai.

Sebagian warga memanfaatkan kesempatan menangkap dengan jaring kecil diikat diujung tiang kayu ukuran panjang.

Kayu panjang itu diserongkan ke sela dinding pembatas bibir sungai menunggu ikan ataupun udang muncul ke permukaan dalam kondisi mabuk lalu dijaring.

Beberapa di antaranya dapat ikan patin, udang galah, ikan mas, lele, toman hingga gabus. Bahkan, ada warga yang dapat tangkapan hingga delapan kilogram.

Puluhan warga ini berjejer di turap tepi sungai depan kantor Gubernur Kaltim, Jalan Gajah Mada, sambil memegang masing-masing jaring.

Lalu mengapa ikan-ikan itu bisa mabuk dan bagaimana penjelasan ilmiahnya?

Akademisi dari Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Mulawarman, Iwan Suyatna menjelaskan fenomena itu disebabkan karena air bangar.

Kata bangar dalam KBBI V berarti bau busuk seperti bau bangkai atau tidak tulen lagi (tentang rasa air).

Dosen Perikanan ini menjelaskan air bangar terbentuk dari bahan organik gugur ke sungai seperti dedaunan, batang hingga ranting pohon tertampung di kedalaman tertentu, yang tidak mengalami dekomposisi sempurna.


Air bangar juga terbentuk di danau dan rawa yang di dalamnya ditumbuhi tumbuhan mati dan membusuk dan tidak terdekomposisi sempurna.

Akibatnya, air jenis ini memiliki kandungan oksigen terlarut atau dissolved oxygen (DO) rendah. 

Selain itu kandungan racun amonia, nitrit, konsentrasi sulfida (H2S) serta parameter lain yang tinggi membuat tak dapat ditoleransi ikan.

Umumnya air bangar terbentuk di hulu sungai, danau atau rawa dan berada di lapisan paling bawah air. Warnanya kehitaman dan berbau.

Dalam waktu tertentu air bangar ini ikut mengalir dan membuat ikan stres, mabuk hingga mati.

"Selama ini air sungai mengalami pasang surut, tapi tidak menyentuh lapisan paling bawah yakni menyentuh air bangar. Sehingga air beracun ini tidak ikut mengalir," terang Iwan saat dihubungi Kompas.com, Rabu (9/6/2021).

Air bangar baru mengalir, kata Iwan, biasanya terjadi saat musim kemarau.

Ketika permukaan air sungai terus menyusut pada musim kemarau, maka berpotensi menyentuh lapisan paling bawah.

Ketika tersentuh pada titik terendah, maka air bangar dengan volume tertentu yang mengendap bertahun-tahun itu bisa ikut mengalir ke Sungai Mahakam dari hulu.

"Air ini yang bikin ikan stres, mabuk bahkan mati karena beracun bagi ikan. Tapi enggak setiap saat hanya waktu tertentu saja saat kemarau," jelas dia.

Meski begitu, lanjut Iwan, air bangar ini bisa dengan cepat ternetralisasi jika sudah tercampur dengan air sungai biasa namun dalam jumlah banyak.

Jika volume air bangar yang mengalir dari hulu dalam jumlah besar, maka butuh waktu tertentu untuk menetralkan kandungannya seiring campuran dan luas sebarannya.

https://regional.kompas.com/read/2021/06/09/164711278/banyak-ikan-mati-di-sungai-mahakam-ini-penjelasan-dosen-perikanan-unmul

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke