Sehingga, uap air dipermukaan akan memadat dan membentuk kabut.
"Kabut sendiri terjadi karena pertemuan suhu udara yang berbeda. Suhu udara yang lembab dan mengandung banyak uap air bertemu dengan suhu permukaan tanah yg masih hangat atau panas," ujar Tarjono.
Tarjono menghimbau agar kemunculan kabut tersebut tidak membuat masyarakat panik yang berlebihan, tetapi tetap waspada.
"Update terus info BMKG, baik itu peringatan dini cuaca ekstrim ataupun peringatan dini gelombang tinggi," kata Tarjono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.