Karena, ujarnya, peziarah Makam Bung Karno biasanya didominasi oleh warga dari luar provinsi Jawa Timur atau setidaknya porsinya mendekati 50 persen.
Larangan mudik dan penyekatan, ujar Heru, juga berdampak pada rendahnya jumlah peziarah selain juga adanya beberapa ketentuan pembatasan kunjungan.
Selain penerapan protokol kesehatan, ujarnya, jam operasional dibatasi tiap harinya selama 7 jam mulai pukul 8 WIB hingga 15.00 WIB.
"Peziarah biasanya berdoa di paseban di sekeliling pusara. Di area itu, jika jumlah peziarah sedang banyak, doa harus bergantian tidak boleh lebih dari 50 orang," ujarnya.
Di kompleks Makam Bung Karno juga terdapat Perpustakaan Nasional Bung Karno dan situs Gong Perdamaian Dunia.
Edukasi wawasan kebangsaan
Motivasi peziarah datang ke Makam Bung Karno tentu beragam. Mulai dari motivasi mendapatkan berkah dari arwah seorang tokoh dan pemimpin hingga memberikan edukasi wawasan kebangsaan kepada keluarga.
Budi, warga Kabupaten Kediri, Jawa Timur, mengaku setidaknya sekali dalam setahun berkunjung ke Makam Bung Karno sebagai bentuk kekaguman kepada tokoh revolusi kemerdekaan yang berjuluk Putra Sang Fajar itu.
"Mengisi liburan juga mengajak anak-anak saya agar merasa lebih dekat dengan sejarah bangsa dengan berziarah ke salah satu tokoh pendiri bangsa, Bung Karno," ujarnya saat ditemui di paseban di lokasi pusara Makam Bung Karno.
Menurut Budi, wawasan kebangsaan akan dengan sendirinya terbangun jika mengenal Bung Karno lebih dekat dengan membaca sejarahnya dan pemikirannya.
"Kalau rutin diajak ke sini kan jadi terdorong untuk mengenal Bung Karno lebih jauh," ujarnya.
Hal serupa disampaikan Wahyu, warga Tulungagung, Jawa Timur, yang berkunjung ke Makam Bung Karno bersama istri dan dua anaknya.
Wahyu juga mengaku telah beberapa kali ke Makam Bung Karno meskipun tidak rutin.
Pada libur lebaran tahun lalu, Wahyu tidak dapat berziarah ke Makam Bung Karno karena pandemi.
Kali ini, dia merasakan perbedaan suasana Makam Bung Karno karena sepi dari peziarah.
"Sepi ya. Tapi malah lebih nyaman buat berdoa," ujarnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.