Mereka butuh wadah tempat berkumpul, terutama dalam belajar dan meningkatkan pemahaman ilmu agama Islam.
Akhirnya, salah satu sahabat Song Tjai di Surabaya, yakni Liu Ming Yen atau Bambang Suyanto, memintanya untuk mendirikan mendirikan masjid.
“Saat itulah, saya meminta sumbangan dana pada pengusaha, di Jakarta, Semarang, Kudus hingga Samarinda,” ucapnya.
Baca juga: Asal Usul Pulau Kemaro, Kisah Legenda Cinta Siti Fatimah dengan Putra Raja Tionghoa
Pembangunan masjid Cheng Ho dilakukan pada 2011, yakni ditandai dengan peletakan batu pertama.
Proses pembangunan masjid ini membutuhkan waktu yang cukup lama, sekitar empat tahun.
Masjid Cheng Ho baru diresmikan pada 2015. Sekarang, tempat ini selalu dikunjungi oleh masyarakat untuk mengikuti berbagai kegiatan.
Mulai dari pengajian, belajar alquran, shalat berjemaah dan lainnya.
Menjadi simbol keberagaman dan toleransi warga Jember
Kehadiran Masjid Cheng Ho menjadi simbol kerukunan umat beragama di Jember. Warga bisa saling menghormati meskipun memiliki keyakinan dan budaya yang berbeda.
Setiap pengajian maupun pembelajaran agama di masjid ini harus menunjukkan pesan Islam rahmatan lil alamin.
Baca juga: Lika-liku Barongsai di Indonesia, Tradisi Tionghoa yang Tetap Eksis Setelah Dilarang Orba
Warga Tionghoa yang hendak bergabung dengan PITI Jember hanya diminta untuk mencintai dan terus mempertahankan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
“PITI mengajak Muslim Tionghoa agar ikut menyebarkan pesan-pesan damai,” kata ketua PITI Jember Edy Darmawan.
Menurut dia, tak semua keluarga Muslim Tionghoa beragama Islam.