Anto bercerita dulu sempat merasa heran saat adik dan rekan-rekannya yang bertugas sebagai pasukan khusus kapal selam rajin berpuasa sunah Senin dan Kamis.
Selain itu mereka juga selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
"Mereka gadaikan hidup dengan maut. Mereka kenapa lagi dinas puasa terus senin-kamis, saya baru tahu alasannya mungkin saat berdinas berhadapan dengan maut."
"Maka saat kejadian itu nangis di rumah meski sedang sakit didampingi saya. Dulu katanya jumlahnya 150 orang, sekarang ada 300 orang pasukan khusus kapal selam di Indonesia," ujar dia.
Anton berharap, pemerintah supaya bisa lebih memerhatikan para anggota pasukan khusus kapal selam yang selama ini mendedikasikan jiwa raganya bagi Negara dalam menjaga kedaulatan.
"Mereka memang paling tidak ada celah di saat ada masalah kapal selam sedang bertugas di bawah laut. Berbeda dengan pasukan-pasukan khusus lainnya yang masih ada peluang untuk menyelamatkan diri," pungkasnya
Baca juga: Mantan Komandan Jelaskan Sistem Keamanan dan Prosedur Menyelam KRI Nanggala-402
"Iwa sakit karena terlalu lama bertugas berlayar di kapal selam, sudah 26 tahun. Dia begitu mencintai pekerjaannya. Kalau Iwa tak sakit, mungkin saat tenggelam kapal selam kemarin masih Iwa komandannya," jelas Momoh, Sabtu.
Tubuh Iwa kurus kering dan menderita penyakit paru-paru akibat selalu mengisap bubuk besi saat berlayar di kapal selam.
"Makanya, badannya kurus dan kecil. Iwa sangat paham sekali pekerjaan yang diembannya sebagai ahli kapal selam di Indonesia," tambahnya.
Baca juga: Mantan Komandan KRI Nanggala-402: Semua Personel Dilatih untuk Mengatasi Masalah
Momoh menuturkan, saat hendak berangkat bertugas, Iwa selalu meminta izin dan restu kepada orang tua agar diberi kelancaran dan keselamatan.
Iwa pun mengaku selalu memeriksa detail kapal selam yang akan dikendalikannya bersama seluruh kru sampai tak lupa mengusap-usap badan kapal selam.
"Iwa kalau mau berangkat berlayar selalu mengusap-usap kapal selamnya. Karena kapal selam dan krunya diyakini memiliki ikatan yang tak bisa dijabarkan katanya," tambah dia.
Sebelum kejadian KRI Nanggala tenggelam, Iwa pernah mengeluh kepada ibu dan kakak kandungnya Anton Charliyan.
Iwa mengatakan bahwa armada kapal selam di Indonesia sudah berusia tua.
"Iwa juga suka berkata ke ibu, kalau kapal selam di Indonesia berusia tua," tambah dia.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Irwan Nugraha | Editor : Khairina, Aprillia Ika, Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.