Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Hutan Sakral Baduy Dirusak, Dijadikan Tambang Emas Ilegal, Ini Fakta-faktanya

Kompas.com - 24/04/2021, 11:03 WIB
Reza Kurnia Darmawan

Editor

KOMPAS.com - Hutan yang disakralkan oleh warga Baduy, diduga dirusak. Hutan yang berada di kawasan Gunung Liman itu dijadikan pertambangan emas ilegal.

Direktur Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah (Polda) Banten Kombes Pol Joko Sumarno menjelaskan, berdasar penuturan masyarakat setempat, kegiatan penambangan liar itu dilakukan sejak satu bulan lalu.

"Penambangnya bukan warga Baduy situ. (Penambangnya) Dari desa tetangga tapi masih sekitar situ," ujar Joko, Jumat (23/4/2021).

Baca juga: Warga Baduy Menangis Hutan Sakralnya Dirusak, Polda Banten Bergerak, Tutup Tambang Emas Ilegal

Ia menuturkan, di dalam hutan sakral tersebut terdapat lubang-lubang untuk penambangan emas.

"Kita sudah datang ke lokasi, kita cek kita melakukan upaya pembongkaran tenda tenda yang ada di sana. Ada dua lubang juga sudah ditutup," ucapnya saat dihubungi Kompas.com.

Akan tetapi, saat dilakukan pengecekan, tim tidak menemukan penambang liar yang sedang menjalankan aktivitasnya.

Sejumlah barang bukti berupa alat-alat penambangan, seperti cukil dan cangkul, diamankan oleh personel kepolisian.

"Waktu kita ke sana enggak ada (penambang), saat ini kita lidik (penyelidikan). Itu kan lokasinya (tambang) ada di gunung, saat kita datangi tidak ada penambang," beber Joko.

Baca juga: Hutan Sakral Baduy Dirusak Penambang Liar, Kapolda Banten: Saya Tindak Tegas, Saya Peduli Masyarakat Baduy

 

Ditindak tegas

Kapolda Banten Irjen Pol Rudy HeriyantoIstimewa Kapolda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto

Kepala Polda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho menyatakan, para pelaku perusakan hutan sakral Baduy bakal ditindak tegas.

"Kalau ada (gurandil atau penambang emas ilegal) pasti saya tindak tegas. Jangan diragukan komitmen saya," tegasnya kepada Kompas.com, Jumat.

Rudy mengatakan, pertambangan tersebut pernah beroperasi pada 2015.

"Mereka berharap ke depan tidak ada kegiatan seperti tahun 2015. Dan sudah kami koordinasi bila ada (aktivitas penambangan), lapor kepada kami, Polsek maupun Polres," ungkapnya.

Baca juga: Viral, Video Warga Baduy Menangis Minta Tolong, Hutan Sakralnya Dirusak Penambang Emas Liar

Viral di media sosial

Warga Baduy menangis dan minta tolong ke pemerintah lantaran hutan sakralnya dirusak penambang emas liar.Dok. Jaro Dulhani Warga Baduy menangis dan minta tolong ke pemerintah lantaran hutan sakralnya dirusak penambang emas liar.

Sebelumnya, sempat beredar sebuah video yang memperlihatkan seorang pria Baduy menangis saat melihat kondisi hutan Gunung Liman dirusak oleh penambang emas liar.

Dalam video tersebut, ia menyampaikan permohonan kepada pemerintah.

"Kami mohon ke pemerintah, kami diamanatkan oleh leluhur supaya gunung jangan dihancurkan, lembah jangan dirusak, adat jangan diubah. Tapi sekarang terbukti Gunung Liman yang dirusak, minta tolong ke pemerintah," ucap seorang warga Baduy menggunakan bahasa lokal setempat.

Video berdurasi satu menit yang diunggah di akun Instagram, @inforangkasbitung, ini kemudian viral di media sosial.

Baca juga: Hutan Sakral Baduy yang Dirusak Capai 2 Hektar, Ditemukan Sejumlah Lubang Tambang Emas Liar

 

2 hektar hutan digunduli

Tim Direskrimsus Polda Banten menutup tambang emas di hutan sakral Baduy, Lebak. Polisi masih melakukan penyelidikan untuk mencari siapa pemilik lubang tambang emas ilegalIstimewa Tim Direskrimsus Polda Banten menutup tambang emas di hutan sakral Baduy, Lebak. Polisi masih melakukan penyelidikan untuk mencari siapa pemilik lubang tambang emas ilegal

Kepala Desa Cibarani Dulhani mengonfirmasi soal kebenaran video tersebut.

Ia juga menerangkan, pria Baduy tersebut adalah Ayah Pulung, seorang warga Baduy Dalam.

Pulung merupakan cucu dari leluhur Baduy yang ditugaskan untuk menjaga Gunung Liman.

Baca juga: Warga Baduy Menangis 2 Hektar Hutan Sakral Dirusak, Dedi Mulyadi Marah

"Betul, itu Gunung Liman yang dirusak, hutan titipan yang disakralkan, memang masuknya ke Wewengkon Adat Cibarani, beliau merasa bertanggung jawab karena amanat leluhurnya untuk menjaga hutan tersebut," terang Dulhani, Kamis (22/4/2021).

Dulhani membeberkan, total hutan di Gunung Liman yang dirusak sekitar 2 hektar.

Penambangan emas liar ini baru diketahui karena lokasinya cukup jauh dari permukiman penduduk.

Gunung Liman jadi hulu sungai di Kabupaten Lebak

Ilustrasi sungai Dok. HHWT Ilustrasi sungai

Dulhani menyebut, warga Baduy secara turun-temurun menjaga hutan Gunung Liman supaya tidak rusak.

Saat mengetahui daerah sakralnya dirusak untuk penambangan emas ilegal, mereka sangat sedih.

Baca juga: Duduk Perkara Hutan Sakral Warga Baduy Dirusak Penambang Emas Liar, 2 Hektar Digunduli

"Mereka sangat sedih, menangis melihat hutan sakralnya gundul dirusak gurandil," kata dia.

Oleh warga Baduy, sambung Dulhani, Gunung Liman disakralkan karena menjadi hulu sejumlah sungai penting di Kabupaten Lebak, seperti Ciujung, Ciliman, Cibarani, dan Cibaso.

Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Banten, Acep Nazmudin | Editor: Aprillia Ika, Farid Assifa)

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Banjir dan Longsor Landa Pinrang, Satu Warga Tewas, Sejumlah Rumah Warga Ambruk

Regional
Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Kasus Dokter Lecehkan Istri Pasien, Pelaku Serahkan Uang Damai Rp 350 Juta ke Korban

Regional
UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

UNESCO Tetapkan Arsip Indarung I Semen Padang Jadi Memory of the World Committee for Asia and the Pacific

Regional
Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Golkar Buka Peluang Majunya Raffi Ahmad di Pilkada Jateng

Regional
Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai 'Video Call' dengan Gerindra

Mantan Gubernur Babel Maju Periode Kedua Usai "Video Call" dengan Gerindra

Regional
Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Kisah Istri Berusia 19 Tahun di Karimun yang Tewas Dibunuh Suami dengan Batang Sikat Gigi

Regional
Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Terluka akibat Terperangkap di Pohon, Seekor Monyet di Salatiga Diserahkan ke BKSDA Jateng

Regional
Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Maju Pilkada Blora, Politikus NasDem Mendaftar ke Gerindra

Regional
Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Kebakaran Pemukiman Nelayan di Pesisir Pulau Sebatik, 29 Jiwa Kehilangan Tempat Tinggal

Regional
Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Kecanduan Judi Online, Pasutri di Kubu Raya Nekat Mencuri di Minimarket

Regional
DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

DMI dan LPQ Kota Semarang Usulkan Mbak Ita Maju Pilkada 2024

Regional
Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Kampung Jawi di Semarang: Daya Tarik, Jam Buka, dan Rute

Regional
Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Gantikan Ganefri, Krismadinata Terpilih Jadi Rektor UNP 2024-2029

Regional
Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Anak Ketua DPC Gerindra Ambil Formulir Pilkada Blora di PDI-P

Regional
Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Video Viral Bocah Menangis di Samping Peti Mati Sang Ibu yang Dibunuh Ayahnya di Minahasa Selatan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com