KOMPAS.com - Hutan yang disakralkan oleh warga Baduy, diduga dirusak. Hutan yang berada di kawasan Gunung Liman itu dijadikan pertambangan emas ilegal.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah (Polda) Banten Kombes Pol Joko Sumarno menjelaskan, berdasar penuturan masyarakat setempat, kegiatan penambangan liar itu dilakukan sejak satu bulan lalu.
"Penambangnya bukan warga Baduy situ. (Penambangnya) Dari desa tetangga tapi masih sekitar situ," ujar Joko, Jumat (23/4/2021).
Baca juga: Warga Baduy Menangis Hutan Sakralnya Dirusak, Polda Banten Bergerak, Tutup Tambang Emas Ilegal
Ia menuturkan, di dalam hutan sakral tersebut terdapat lubang-lubang untuk penambangan emas.
"Kita sudah datang ke lokasi, kita cek kita melakukan upaya pembongkaran tenda tenda yang ada di sana. Ada dua lubang juga sudah ditutup," ucapnya saat dihubungi Kompas.com.
Akan tetapi, saat dilakukan pengecekan, tim tidak menemukan penambang liar yang sedang menjalankan aktivitasnya.
Sejumlah barang bukti berupa alat-alat penambangan, seperti cukil dan cangkul, diamankan oleh personel kepolisian.
"Waktu kita ke sana enggak ada (penambang), saat ini kita lidik (penyelidikan). Itu kan lokasinya (tambang) ada di gunung, saat kita datangi tidak ada penambang," beber Joko.
Kepala Polda Banten Irjen Pol Rudy Heriyanto Adi Nugroho menyatakan, para pelaku perusakan hutan sakral Baduy bakal ditindak tegas.
"Kalau ada (gurandil atau penambang emas ilegal) pasti saya tindak tegas. Jangan diragukan komitmen saya," tegasnya kepada Kompas.com, Jumat.
Rudy mengatakan, pertambangan tersebut pernah beroperasi pada 2015.
"Mereka berharap ke depan tidak ada kegiatan seperti tahun 2015. Dan sudah kami koordinasi bila ada (aktivitas penambangan), lapor kepada kami, Polsek maupun Polres," ungkapnya.
Baca juga: Viral, Video Warga Baduy Menangis Minta Tolong, Hutan Sakralnya Dirusak Penambang Emas Liar
Sebelumnya, sempat beredar sebuah video yang memperlihatkan seorang pria Baduy menangis saat melihat kondisi hutan Gunung Liman dirusak oleh penambang emas liar.
Dalam video tersebut, ia menyampaikan permohonan kepada pemerintah.
"Kami mohon ke pemerintah, kami diamanatkan oleh leluhur supaya gunung jangan dihancurkan, lembah jangan dirusak, adat jangan diubah. Tapi sekarang terbukti Gunung Liman yang dirusak, minta tolong ke pemerintah," ucap seorang warga Baduy menggunakan bahasa lokal setempat.
Video berdurasi satu menit yang diunggah di akun Instagram, @inforangkasbitung, ini kemudian viral di media sosial.
Baca juga: Hutan Sakral Baduy yang Dirusak Capai 2 Hektar, Ditemukan Sejumlah Lubang Tambang Emas Liar
Kepala Desa Cibarani Dulhani mengonfirmasi soal kebenaran video tersebut.
Ia juga menerangkan, pria Baduy tersebut adalah Ayah Pulung, seorang warga Baduy Dalam.
Pulung merupakan cucu dari leluhur Baduy yang ditugaskan untuk menjaga Gunung Liman.
Baca juga: Warga Baduy Menangis 2 Hektar Hutan Sakral Dirusak, Dedi Mulyadi Marah
"Betul, itu Gunung Liman yang dirusak, hutan titipan yang disakralkan, memang masuknya ke Wewengkon Adat Cibarani, beliau merasa bertanggung jawab karena amanat leluhurnya untuk menjaga hutan tersebut," terang Dulhani, Kamis (22/4/2021).
Dulhani membeberkan, total hutan di Gunung Liman yang dirusak sekitar 2 hektar.
Penambangan emas liar ini baru diketahui karena lokasinya cukup jauh dari permukiman penduduk.
Dulhani menyebut, warga Baduy secara turun-temurun menjaga hutan Gunung Liman supaya tidak rusak.
Saat mengetahui daerah sakralnya dirusak untuk penambangan emas ilegal, mereka sangat sedih.
Baca juga: Duduk Perkara Hutan Sakral Warga Baduy Dirusak Penambang Emas Liar, 2 Hektar Digunduli
"Mereka sangat sedih, menangis melihat hutan sakralnya gundul dirusak gurandil," kata dia.
Oleh warga Baduy, sambung Dulhani, Gunung Liman disakralkan karena menjadi hulu sejumlah sungai penting di Kabupaten Lebak, seperti Ciujung, Ciliman, Cibarani, dan Cibaso.
Sumber: Kompas.com (Penulis: Kontributor Banten, Acep Nazmudin | Editor: Aprillia Ika, Farid Assifa)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.