BANGKA, KOMPAS.com - Perusahaan energi asal Amerika Serikat, PT Thorcon International Pte Ltd terus menjajaki peluang pembangunan pembangkit listrik di Kepulauan Bangka Belitung.
Mengusung konsep energi baru dan terbarukan (EBT), Thorcon International menawarkan pembangkit listrik tenaga nuklir yang bahan bakunya berasal dari mineral ikutan timah Logam Tanah Jarang (LTJ).
Mineral ringan yang jika diolah berkelanjutan bisa menghasilkan uranium dan thorium itu diyakini mampu menjawab kebutuhan energi nasional Tanah Air.
Pemerintah sendiri menargetkan penggunaan EBT bisa mencapai 23 persen pada 2025.
Baca juga: Menristek: Pemerintah Siapkan Pengembangan Energi Nuklir untuk Listrik Masa Depan
CEO Thorcon, David Devanney, mengungkapkan, teknologi pembangkit listrik tenaga nuklir yang ditawarkan memiliki tingkat keamanan yang tinggi dan berbiaya lebih murah dari teknologi konvensional sebelumnya.
"Thorcon Molten Salt Reactor (Thorcon MSR) ini merupakan jenis PLTN generasi ke-4 yang dirancang menggunakan bahan bakar serta menggunakan garam cair untuk pendinginnya, beroperasi pada temperatur tinggi, dan tekanannya mendekati tekanan atmosfir," kata David saat pertemuan dengan Gubernur Kepulauan Bangka Belitung Erzaldi Rosman di gubernuran, Selasa (20/4/2021).
David menuturkan, konsep keamanan yang tinggi ini menjadi salah satu keunggulan Thorcon MSR, dan diyakini dapat mengurangi global warming.
Baca juga: Kang Emil Paparkan Aspirasi Terkait RUU EBT, Berikut 2 Poin Pentingnya
Konsep keselamatan Thorcon ini ditandai dengan tekanan operasi yang lebih rendah. Sehingga jika terjadi kecelakaan nuklir di reaktor Thorcon, radionuklida tidak akan cepat lepas ke lingkungan karena tekanan operasionalnya hampir sama dengan tekanan atmosfir.
“Prioritas kami yang utama adalah keamanan dan menjaga keberlangsungan alam, oleh karena itu teknologi Thorcon ini merupakan salah satu langkah diversifikasi berbagai sumber energi yang akan mengurangi ketergantungan dari satu sumber energi dan dapat mengurangi dampak emisi gas rumah kaca," ungkap David.
Baca juga: Nuklir dari Thorium, Masa Depan Energi Indonesia?