KOMPAS.com - Tak banyak ada yang tahu jika orang Jawa pernah membuat kapal terbesar dalam sejarah dunia.
Orang Jawa menyebutnya "jung" yang dalam bahasa Jawa Kuno berarti perahu.
Jung Jawa ada sejak abad ke-8 ketika perkapalan Nusantara mencapai puncak kejayannya. Jung Jawa dikenal sebagai kapal raksasa yang dibuat dengan tekhnik cukup unik.
Baca juga: Berwisata Bahari ke Pulau Seribu dengan Kapal Phinisi di Masa Pandemi
Dikutip dari nationalgeographic.grid, pembuatan kapal raksasa ini tidak menggunakan paku atau besi. Namun menggunakan pasak untuk merekatkan bagian kapal satu sama lain,.
Jung Jawa terdiri dari empat tiang layar dan dinding besar yang terbuta dari gabungan empat lapis kayu jati.
Jung Jawa juga menggunakan bermacam layar, mulai dari dua layar hingga empat layar besar, lengkap dengan sebuah busur besar sebagai kemudi angin.
Baca juga: Proses Pembuatan Perahu Phinisi
Gaspar menceritakan jika kapal raksasa dari Jawa tak mempan saat ditembak meriam besar. Saat terkena meriam, kapal yang memiliki empat lapis papan tersebut, hanya dua lapis papan saja yang rusak.
Pada abad ke-14, Jung Jawa semakin dikenal oleh pelaut dunia dan digunakan secara besar-besaran oleh Kerajaan Majapahit sebagai kapal angkut militer.
Disebutkan jika Majapahit memiliki 400 kapal untuk perang yang terbagi menjadi lima armada.
Baca juga: Hari Ini dalam Sejarah: Terbentuknya VOC, Perusahaan Terbesar dan Terkaya di Dunia
Satu kapal memiliki panjang mencapai 50 depa atau setara 100 meter yang bisa menampung hingga 800 prajurit.
Sedangkan kapal ukuran kecil memiliki panjang 33 meter dengan kapasitas 121 prajurit.
Kehebatan Indonesia di bidang tekhnologi kapal juga diakui oleh seorang astronomer kesohor dari Yunani bernama Claudius Ptolemaeus
Ia menyebut kapal raksasa tersebut dengan kolandiaphonta, yang berarti kapal dari Sumatera atau Jawa.
Baca juga: Kebijakan-Kebijakan VOC di Bidang Politik
Lambat laun, pelabuhan Malaka juga menjadi pusat perdagangan pada masa itu.
Terpusatnya perdagangan di pelabuhan Nusantara itu menjadi dorongan bagi orang di Jawa untuk terus mengembangkan kapal-kapal besar demi ekspansi kawasan dagangnya.
Niccolo da Conti seorang pedagang, penjelajah, dan penulis Italia menceritakan jika kapal kargo Jawa memiliki ukuran yang lebih besar dibandingkan kapal terbesar bangsa Portugis di masa itu yakni Kapal Flor de La Mar.
Baca juga: Perlawanan Etnis Tionghoa terhadap VOC
Sementara itu dalam buku “Majapahit Peradaban Maritim” yang ditulis oleh Irwan Djoko Nugroho, Jung Jawa disbeut memiliki ukuran 4 hingga 5 kali lipat Kapal Flor de La Mar.
Bahkan, kapal jung bisa memuat komoditas hingga 2.000 ton.
Dari datatan Duarte Barosa diketahui jika Jung Jawa digunakan untuk melakukan perdagangan dari Asia Tenggara hingga Timur Tengah.
Mereka membawa barang dagangan seperti beras, daging sapi, kambing, babi, bawang, senjata tajam, emas, sutra, kamper, hingga kayu gaharu.
Baca juga: Perlawanan Gowa-Tallo (Makassar) terhadap VOC
Disebutkan salah satu penyebabnya adalah regenerasi kekuasaan Mataram yang membuat peradaban kapal jung mulai hilang.
Kala itu, Sultan Agung Mataram lengser dan pemerintahan Mataram jatuh ke Amangkurat 1 dan ia kemudian menjalin perjanjian dagang dengan Belanda melalui VOC.
Baca juga: Menginap di Museum Bahari, Seramkah?
Salah satu perjanjian tersebut berisi jika VOC diizinkan membuka pos dagang di wilayah Mataram. Sementara Mataram diizinkan berdagang ke pulau-pulau lain yang dikuasai VOC.
Untuk mencegah pemberontakan dari pihak yang tak setuju dengan perjanjian tersebut, Amangkurat 1 menutup pelabuhan.
Ia juga menghancurkan kapal-kapal di kota-kota pesisir. Keadaan semakin buruk saat VOC mulai menguasai pelabuhan pesisir di pertengahan pada abad ke-18.
Baca juga: Biografi Sultan Agung, Penguasa Mataram yang Tangkas dan Cerdas
Saat itu, VOC melarang galangan kapal digunakan untuk kapal dengan tonase melebih 50 ton. VOC juga menempatkan pengawas di masing-masing kota pelabihan.
Hingga saat ini, kapal raksasa Jung Jawa pun hilang dari peradaban dan hanya mejadi bagian dari sejarah maritim Nusantara yang terlupakan.
Baca juga: Ini Empat Daerah di Jabar yang Jadi Destinasi Favorit Wisatawan
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.