Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Mengintip Dapur Kerja Perajin Manik-manik, Ubah Limbah Kaca Jadi Produk yang Diminati Dunia

Kompas.com - 22/03/2021, 12:03 WIB
Moh. SyafiĆ­,
Robertus Belarminus

Tim Redaksi

JOMBANG, KOMPAS.com - Berasal dari limbah kaca, produk kerajinan manik-manik dari Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, mampu menembus pasar internasional.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, tak kurang dari 10 negara di Asia dan Eropa menjadi pelanggan tetap manik-manik yang diproduksi para perajin.

Selain pasar luar negeri, manik-manik dari Desa Plumbon, Gambang, juga sangat diminati di dalam negeri. Provinsi Bali, NTT dan beberapa provinsi di Kalimantan, menjadi pasar tetap yang menerima produk mereka, sejak beberapa tahun lalu.

Pantauan Kompas.com, perhiasan manik-manik yang diproduksi para perajin menggunakan bahan baku limbah kaca. Bahan baku tersebut diperoleh dari limbah rumah tangga maupun pabrik.

Baca juga: Ibu-ibu di Kampung Mesi Tak Perlu Lagi Berjalan 1 Kilometer untuk Menimba Air...

Suloso, salah satu perajin manik-manik mengungkapkan, pengolahan limbah kaca menjadi untaian perhiasan manik-manik memerlukan proses panjang dan penuh ketelitian.

Awalnya, tutur bapak tiga anak itu, limbah kaca dihancurkan menjadi ukuran kecil-kecil. Kaca yang sudah dihancurkan tersebut kemudian dimasukkan ke sebuah mesin pemanas.

Alat pemanas dengan suhu diatas 200 derajat celsius tersebut berfungsi untuk menjadikan kaca menjadi adonan.

Keluar dari alat pemanas, adonan limbah kaca tersebut keluar dalam bentuk batangan, sebelum nantinya dibentuk sesuai pesanan.

"Pemberian warna juga ada di bagian ini," kata Suloso, saat dikunjungi Kompas.com di tempat produksi perhiasan manik-manik miliknya, di Desa Plumbon Gambang, Kabupaten Jombang, Senin (22/3/2021).

Dalam membuat perhiasan manik-manik, proses selanjutnya adalah membentuk butiran-butiran sesuai karakter perhiasan yang diharapkan konsumen.

Tahap ini memerlukan ketekunan dan ketelitian orang yang menangani dan memerlukan bantuan alat pemanas dengan suhu di atas 200 derajat celsius.

Kemudian, butiran-butiran itu dirangkai menggunakan benang khusus untuk menjadi kalung, gelang, maupun berbagai bentuk perhiasan.

Suloso, selaku pemilik Griya Manik di Desa Plumbon Gambang, mengaku menyediakan perhiasan manik-manik dalam bentuk kalung, gelang, serta pengait masker.

"Kalung penghias dan pengait masker ini produk baru yang kita buat saat pandemi Covid-19," ujar Suloso.

 

Terdampak pandemi Covid-19

Para pekerja di tempat produksi manik-manik milik Suloso, di Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sedang memproses bahan dasar manik-manik menjadi butiran perhiasan.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Para pekerja di tempat produksi manik-manik milik Suloso, di Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur, sedang memproses bahan dasar manik-manik menjadi butiran perhiasan.

Suloso memulai usahanya sejak tahun 2000 dengan modal awal Rp 10 juta. Usahanya terus berkembang hingga produk perhiasan manik-manik miliknya, diminati konsumen dari dalam dan luar negeri.

Di dalam negeri, Suloso memiliki pasar tetap di Bali, NTT dan beberapa provinsi di Kalimantan. Sedangkan di luar negeri, antara lain Italia, Jepang, Thailand, Spanyol dan China.

Dalam 20 tahun menjalankan usaha, Suloso telah merekrut 17 orang untuk bekerja bersamanya.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, omzet penjualan rata-rata di atas Rp 50 juta per bulan.

Baca juga: Petani Rumput Laut NTT Menangi Gugatan Tumpahan Minyak Australia Setelah 12 Tahun

"Tapi, sejak ada pandemi Covid-19 turun jauh, rata-rata hanya Rp 10 juta - Rp 15 juta per bulan," ungkap Suloso.

Dia mengaku bersyukur masih bisa mempertahankan usahanya meski dalam setahun terakhir terjadi penurunan omset penjualan.

Sejak pandemi melanda dunia, puluhan perajin manik-manik di desanya tidak bertahan hingga akhirnya gulung tikar.

Meski kini pendapatan dari usaha memproduksi dan menjual manik-manik berkurang drastis, Suloso meyakini situasi ini akan segera berlalu.

Dia pun masih mempertahankan para karyawannya untuk tetap bekerja meski diikuti dengan rasionalisasi pendapatan harian maupun waktu kerja masing-masing.

"Dalam kondisi normal, rata-rata pendapatan karyawan masih diatas UMR. Tapi, sejak pandemi ada penurunan. Karena permintaan barang semakin sedikit, jam kerja juga berkurang sehingga memengaruhi pendapatan," kata Suloso.

Inovasi produk dan strategi pemasaran memanfaatkan berbagai platform digital membantu dirinya mempertahankan usaha yang dirintas sejak 20 tahun lalu.

 

60 persen gulung tikar

Petugas gerai IKM di salah satu hotel menunjukkan perhiasan manik-manik yang diproduksi oleh para perajin dari Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.KOMPAS.COM/MOH. SYAFIÍ Petugas gerai IKM di salah satu hotel menunjukkan perhiasan manik-manik yang diproduksi oleh para perajin dari Desa Plumbon Gambang, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang, Jawa Timur.

Ketua Asosiasi Pengusaha Manik (APMA) Kabupaten Jombang, Muhammad Kodri mengungkapkan, pandemi Covid-19 yang sudah berlangsung selama satu tahun membuat enam puluhan perajin terpaksa menghentikan usahanya.

Tertutupnya pasar internasional serta minimnya permintaan produk dari dalam negeri membuat puluhan perajin tak mampu mempertahankan usahanya.

Meski sudah berusaha bertahan dengan cara mengencangkan ikat pinggang ataupun merumahkan sebagian karyawan, namun langkah itu tak banyak menolong.

Dalam setahun terakhir, ungkap dia, puluhan perajin manik manik berguguran dan kini hanya menyisakan tiga puluhan perajin yang masih eksis.

"Pandemi sangat berdampak kepada perajin manik-manik. Banyak teman-teman yang tidak bisa bertahan, akhirnya gulung tikar," kata Kodri.

Sebelum pandemi Covid-19 melanda dunia, terdapat 89 perajin manik-manik di Desa Plumbon Gambang dengan jumlah tenaga kerja sebanyak 509 orang.

Dalam setahun terakhir, omzet penjualan perhiasan manik-manik di Desa Plumbon Gambang, berkurang rata-rata hanya Rp 300 juta per bulan.

Angka itu jauh dari saat sebelum pandemi, di mana rata-rata omzet penjualan mencapai Rp 1,5 miliar hingga Rp 1,8 miliar per bulan.

Pihaknya terus mendorong dan memfasilitasi para perajin manik-manik untuk memasuki pasar melalui berbagai platform digital.

"Inovasi terus kami lakukan. Untuk pemasaran kami gunakan jalur offline dan online," ujar Kodri.

Baca juga: 10 Tenaga Kesehatan Puskesmas Jombang Terpapar Covid-19 meski Sudah Divaksin, Ini Penjelasan IDI

Untuk pemasaran jalur online, jelas dia, asosiasi perajin manik-manik menggandeng beberapa toko online yang sudah beroperasi memiliki nama besar di Tanah Air.

Sedangkan untuk pemasaran jalur offline, para pelaku IKM bekerja sama membuka gerai produk IKM di salah satu hotel di Kabupaten Jombang.

Terhadap masa depan kerajinan manik-manik, Kodri meyakini masih ada peluang untuk bangkit.

"Harapan selalu ada. Kami yakin industri manik-manik akan bisa bangkit dan kembali bergeliat seperti sebelumnya," kata Kodri.

Kerajinan manik-manik hasil buah tangan para perajin dari Desa Plumbon Gambang, Kabupaten Jombang, telah berjalan selama lebih dari 30 tahun.

Selama tiga puluh tahun berjalan, manik-manik yang diproduksi para perajin pada skala industri kecil menengah (IKM) tersebut mampu menembus pasar internasional.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Alasan Bandara Supadio Pontianak Turun Status ke Penerbangan Domestik

Regional
Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Kronologi Adik Diduga ODGJ Bunuh Kakak di Klaten, Tetangga Dengar Teriakan Tak Berani Mendekat

Regional
IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

IRT Tewas Tersengat Listrik Jerat Babi Hutan, Polisi Amankan 5 Terduga Pelaku

Regional
Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Cerita di Balik Gol Cantik Witan Sulaeman ke Gawang Yordania

Regional
Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Kebakaran Kapal Ikan Cilacap Renggut 1 Nyawa ABK, Ditemukan Mengambang dengan Luka Bakar di Tubuh

Regional
Pilkada Maluku, Anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Ambil Formulir di 5 Parpol

Pilkada Maluku, Anggota DPR RI Hendrik Lewerissa Ambil Formulir di 5 Parpol

Regional
Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Perempuan di Sragen Tewas Tersengat Aliran Listrik Jebakan Tikus

Regional
Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Remaja di Padang Pariaman Diperkosa 4 Pemuda Setelah Dicekoki Miras

Regional
Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Pemkab Sikka Vaksinasi 1.087 Ekor Anjing di Wilayah Endemis Rabies

Regional
Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Sempat Dirawat, Remaja di Kalbar Meninggal Setelah Digigit Anjing Rabies

Regional
PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

PDI-P Belum Buka Pendaftaran Pilkada Magelang, Tunggu Petunjuk Pusat

Regional
DBD di Lampung Melonjak, Brimob 'Gempur' Permukiman Pakai Alat 'Fogging'

DBD di Lampung Melonjak, Brimob "Gempur" Permukiman Pakai Alat "Fogging"

Regional
Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Bagi-bagi Dana Koperasi Desa Rp 1,6 Miliar, Wali Nagari dan Bamus di Dharmasraya Jadi Tersangka

Regional
Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Dramatisnya Laga Indonesia Vs Korsel, Ibu Pratama Arhan Deg-degan, Kerabat Witan Menangis

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com