Sang ibu wafat
Ternyata, petir di siang bolong kembali menggelegar di dada Theo.
Kondisi kesehatan ibunya sempat berangsur membaik, seolah mendapat tenaga baru usai memberikan kabar yang telah dipendam selama puluhan tahun.
Namun tuhan berkata lain, selang beberapa hari kemudian, sang ibu akhirnya meninggal dunia.
"Tentu itu membuat saya terpukul, karena saya belum sempat berbakti dan memanggilnya dengan sebutan ibu saat ia hidup," kenang Theo.
Baca juga: Perangkat Desa di Banyuwangi Bantu Amir Cari Ibu Kandungnya
Saat ini, Theo mencoba menerima naskah baru dari Tuhan, naskah di mana ia harus memainkan sebuah peran yang tak seorang pun inginkan.
Peran di mana ia menjadi seorang manusia yang harus menerima, bahwa orangtua tempatnya dibesarkan bukanlah orangtuanya, sang kakak tempatnya mengeluh ternyata adalah ibu kandungnya.
Theo mengaku, proses panjang yang telah dilalui mengajarkan banyak hal, terutama soal rasa syukur dan ikhlas, meskipun kadang kata itu hanya sering dan mudah terucap dari ujung lidah, namun tidak sampai meresap ke hati.
Baca juga: WN Belanda Cari Orangtua Kandung di Jakbar, Warga Teringat Ada Bayi Diadopsi
Meski tak tumbuh layaknya anak-anak lainnya yang mendapatkan secara langsung belaian lembut tangan seorang ibu dan kebijaksanaan seorang ayah yang sampai saat ini tak ia ketahui keberadaannya.
Namun, dia tetap melangkah menatap hari depan yang masih panjang bersama kedua anak dan istrinya.