Terpisah, ahli Mikrobiologi Universitas Sriwijaya, Profesor Yuwono menambahkan, ia sudah mengingatkan penyebaran B.1.1.7 sejak September 2020 lalu.
Akan tetapi, imbauan itu kurang mendapatkan respons dari pemerintah.
Menurutnya, B.1.1.7 itu merupakan mutasi pada gen S yang memilii daya sebar lebih cepat dibandingkan dengan Covid-19.
"Mutasi ini diduga menambah daya tular, namun tidak menambah daya keparahan penyakit. Jadi tak bisa orang dinyatakan orang kena B.1.1.7 berdasarkan gejala klinisnya saja,"ujar Yuwono.
Menurut Yuwono, pemeriksaan B.1.1.7 ini sebetulnya bisa digunakan dengan alat PCR.
"Tetapi reagen khususnya probe atau primer pelacak gen S belum ada. Baru di Litbangkes yang punya. Kalau Palembang sudah ada, tidak sulit mendeteksi B.1.1.7," kata Yuwono.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.