PROBOLINGGO, KOMPAS.com – Beredar di media sosial gambar dan video kerumunan orang dan kemacetan parah di jalan Desa Bremi, menuju tempat wisata Bermi Eco Park di Kecamatan Krucil, Kabupaten Probolinggo, Jumat (1/1/2021).
Mereka merayakan momen pergantian tahun baru dengan berwisata ke sana.
Kemacetan itu berlangsung sekitar setengah hingga satu jam mulai siang hingga sore. Kendaraan roda empat dan terutama roda dua penuh sesak di jalanan.
Koordinator Pengamanan dan Penegakan Hukum Satgas Penanganan Covid-19, Ugas Irwanto, membenarkan kerumunan dan kemacetan tersebut.
Baca juga: Kerumunan di Malioboro dan Titik Nol Yogya Saat Malam Tahun Baru, Anggota DPRD: Pemkot Ndableg
Menurutnya, kemacetan terjadi karena warga enggan berlibur ke luar kota karena khawatir ada dites rapid antigen oleh satgas di perbatasan jalur nasional.
“Jadi, mereka memilih berlibur ke Bermi Eco Park dan air terjun Guyangan, yang merupakan destinasi wisata lokal,” kata Ugas saat dihubungi KOMPAS.com, Sabtu (2/1/2020).
Ugas mengaku mengecek langsung ke lokasi usai beredar informasi kerumunan dan kemacetan parah tersebut. Dirinya bahkan terjebak kemacetan sekitar 25 menit.
Setelah dipantau secara langsung bersama satgas kecamatan, lanjut Ugas, kemacetan yang memicu kerumunan tersebut nyata adanya.
Ditemukan, banyak pelanggaran protokol kesehatan yang dilakukan pengunjunga atau wisatawan. Pengelola tempat wisata pun kewalan.
“Karena itu, Bromo Eco Park dan air terjun Guyangan ditutup mulai Sabtu (2/1/2021) hingga Minggu (3/1/2021). Sebenarnya Satgas juga merasa kasihan menutupnya karena ini menyangkut ekonomi warga. tapi mau apalagi karena penyebaran Covid-19 lebih berbahaya,” tukas Ugas.
Tutup wisata snorkeling
Selain itu, Satgas setempat juga menutup wisata snorkeling di Pulau Gili Ketapang, Kecamatan Sumberasih pada Sabtu (2/1/2021) dan Minggu (3/1/2021).
“Jadi dalam sehari, Satgas menutup tiga destinasi wisata pada hari tahun baru 2021,” kata Ugas.
Baca juga: Libur Tahun Baru Pantai Tanjung Pakis Padat, Satgas Bubarkan Kerumunan
Pertimbangan menutup snorkeling Gili Ketapang, kata Ugas, pengelola tidak menerapkan protokol kesehatan secara ketat.
Kemudian, banyak wisatawan yang berasal dari luar kota yang tercatat sebagai daerah zona merah. Serta, terjadi kerumunan yang tak terkendali.