KOMPAS.com - Kepala Bidang Data BMKG Wilayah III Denpasar Iman Faturahman mengatakan, terdapat potensi fenomena La Nina melanda beberapa wilayah di Bali.
"Di Bali baru mulai musim hujan itu kemarin, dasarian ketiga, tapi kalau ini konsisten sudah masuk dari bulan Oktober. Sebelum masuk bulan Oktober juga sudah ada hujan, di Jembrana hampir tiap hari. Bali memang jadi salah satu provinsi yang terpengaruh La Nina, tapi paling banyak terpengaruh itu Indonesia bagian timur karena dekat dengan pasifik," kata Iman saat dihubungi, dikutip dari Antara, Senin (2/11/2020).
Baca juga: Hadapi La Nina, Mentan Ajak Petani Semangka dan Blewah di Jombang Gunakan Asuransi
Ia menjelaskan, La Nina sebenarnya fenomena global, yaitu adanya penurunan suhu muka laut di lautan pasifik sehingga menyebabkan suhu lebih hangat justru di sebelah baratnya pasifik.
"Suhu muka laut di Indonesia hangat otomatis tekanan udaranya di Indonesia akan rendah. Kalau suhu dingin di pasifik tekanannya akan jadi lebih tinggi. Jadi angin akan bergerak dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, artinya akan bergerak dari pasifik ke Indonesia," katanya.
Baca juga: La Nina, Sejumlah Daerah Berpotensi Banjir pada November 2020 hingga Januari 2021
Angin yang berasal dari pasifik mengandung uap air dan punya massa udara basah.
Dengan kondisi Indonesia memasuki musim hujan, maka uap air akan bertambah yang berasal dari pasifik menuju Indonesia.
Iman mengatakan, untuk besaran potensinya tergantung dari masing-masing lokasi.
Jika lokasinya cukup basah, curah hujan akan bertambah. Seperti Bali, sampai akhir tahun akan terpengaruh La Nina dengan kekuatan yang bervariasi.
"Saat ini La Nina indeksnya sudah menuju moderat. Sebelumnya di bulan Juli itu lemah dan sekarang cukup signifikan apalagi moderat. Walaupun sekarang -1,02, indeksnya masih kecil. Jadi kalau moderat itu -1 sampai -1,5, kalau lemah -0,5 sampai -1, sekarang posisinya -1,02. Kalau masih di antara -0,5 sampai -1 masih normal," ucapnya.
Fenomena La Nina berpotensi menyebabkan naiknya curah hujan dan meningkatnya intensitas hujan.
"Aktivitas melaut harus diwaspadai juga. Laut saat ini gelombang ke selatan potensinya di atas 2 meter, tapi biasanya kalau di musim hujan gelombang itu tidak akan setinggi di musim kemarau. Tetapi perlu mewaspadai kalau ada gangguan siklon. Itu yang menyebabkan angin kencang dan gelombang tinggi," katanya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.