Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sandiaga Uno dan Khofifah Digadang-gadang Jadi Ketum PPP, Waketum: Ikhtiar Membesarkan Partai

Kompas.com - 28/10/2020, 15:28 WIB
Bagus Supriadi,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

JEMBER, KOMPAS.com - Sejumlah nama yang tak diduga muncul sebagai calon ketua umum menjelang muktamar Partai Persatuan Pembangunan (PPP) IX pada Desember 2020.

Dua nama yang santer dibahas adalah Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa dan mantan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno.

"Munculnya nama-nama itu kami anggap sebagai ikhtiar mulia membesarkan partai," kata Wakil Ketua Umum DPP PPP Arwani Thomafi kepada Kompas.com di Ponpes Darussholah, Kelurahan Tegalbesar, Kaliwates, Jember, Rabu (28/10/2020).

Menurutnya, muktamar merupakan forum musyawarah tertinggi yang dimiliki kader dan simpatisan PPP.

Baca juga: Libur Panjang, Khofifah: Lansia dan Pemilik Penyakit Komorbid di Rumah Saja

"Muktamar ini akan menjadi upaya kami keluar dari krisis yang kami alami di Pemilu 2019. Kita hanya mendapatkan kursi minimalis," tambah dia.

Arwani menjelaskan, sejumlah nama yang muncul itu merupakan dinamika politik menjelang muktamar. 

Partai, kata dia, akan menampung aspirasi dan masukan tersebut. 

“Dengan sangat terbuka, akan kami dengarkan dan musyawarah dalam muktamar," ujar dia.

Arwani menilai, usulan itu merupakan upaya kader partai menatap masa depan untuk bertarung di Pemilu 2024.

Sebab, Arwani mengatakan, PPP merupakan salah satu aset bangsa sebagai partai politik yang telah melewati berbagai era, mulai dari Orde Baru hingga Reformasi.

 

Terdapat sejumlah upaya lain yang bisa dilakukan untuk membesarkan PPP, seperti menegaskan identitas partai berlambang kakbah itu.

Hal itu bisa dilakukan dengan memahami sejarah PPP yang merupakan salah satu partai berbasis Islam.

Sehingga, para kader bisa meningkatkan kekuatan PPP untuk meraih kembali suara dari masyarakat.

Baca juga: Sandiaga Kader Gerindra, Bukan Cuma PPP yang Tawarkan Jadi Ketua Umum

Para kader juga bisa menyinergikan sejarah dengan model politik terkini, sesuai perkembangan zaman.

“Misal membuat partai ini lebih modern dan adaptif terhadap generasi muda, dua warna ini kami gabungkan,” terang dia.

Terakhir, ada aspirasi yang meminta PPP perlu meninggalkan identitas sebagai partai berbasis agama. Usulan itu muncul karena PPP dinilai terbelenggu dengan sejarahnya.

“Ini tidak kami harapkan meninggalkan identitas lama, tapi melihat ide pertama dan kedua,” jelas dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com