Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Gerakan "Rakyat Bantu Rakyat" di Yogyakarta, Siapkan Makanan untuk Buruh Gendong di Masa Pandemi

Kompas.com - 25/10/2020, 16:05 WIB
Wisang Seto Pangaribowo,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA, KOMPAS.com - Tidak ada yang mengetahui pandemi Covid-19 akan berakhir kapan. Hampir semua sektor terdampak pandemi Covid-19, tak terkecuali ekonomi.

Baik pengusaha besar maupun UMKM, hingga buruh gendong di pasar merasakan dampak dari pandemi covid-19.

Untuk membantu beban buruh gendong, terutama buruh gendong perempuan, pemuda dari berbagai latar belakang membuat sebuah dapur umum yang bertujuan untuk membagikan nasi bungkus untuk makan siang para buruh gendong.

Mereka tergabung dalam gerakan "Rakyat Bantu Rakyat".

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu para buruh gendong perempuan di Yogyakarta. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat, klik di sini untuk donasi.

Baca juga: Terima Bantuan dari Dana Kemanusiaan Kompas, Buruh Gendong di Yogya: Maturnuwun...

Warmindo Bakzoo dijadikan lokasi dapur umum buruh gendong perempuan. Warung tersebut terletak di jalan Veteran, Kecamatan Umbulharjo, Kota Yogyakarta.

Sejak pukul 07.00 WIB, beberapa relawan telah datang untuk memasak menu untuk dibagikan kepada buruh gendong perempuan.

Ukuran warung tidak terlalu besar, kurang lebih 4 x 7 meter, dapur tempat memasak menu menyatu dengan warung.

Ada dua orang yang memasak sedangkan yang lain menunggu untuk membungkus nasi.

Sebanyak 37 relawan dibagi dalam beberapa shift kerja. Shift pertama yaitu pukul 07.00 WIB, kedua pukul 09.00 WIB, lalu shift terakhir pukul 11.00 WIB.

Pembagian waktu kerja bukan tanpa alasan. Pembagian tersebut bertujuan agar tidak terjadi kerumunan di dalam warung mengingat saat ini masih dalam pandemi Covid-19.

Relawan tersebut mendaftar melalui poster yang didapat melalui media sosial, mereka tergabung dari berbagai latar belakang seperti mahasiswa pelajar, dan pekerja yang dirumahkan.

Usia termuda relawan gerakan ini adalah usia SMK kelas 12, sedangkan tertua berusia 59 tahun.

Setiap menu yang dibagikan tiap harinya berbeda, seperti oseng-oseng, tempe goreng, hingga ayam goreng. Bahan-bahan makanan didapat  dengan cara mengumpulkan donasi.

Tak hanya uang yang diterima tetapi juga bahan-bahan makanan dari para donatur, seperti beras, sayuran, dan lauk dikumpulkan di warung tersebut.

Co inisiator gerakan "Rakyat untuk Rakyat" M. Barkah Gamulya (41), buruh gendong perempuan dipilih karena buruh gendong merupakan salah satu kaum marjinal di Yogyakarta.

Lalu, dipilihnya perempuan lantaran perempuan masih sering mendapatkan kekerasan, hingga diskriminatif.

“Pertama buruh gendong dipilih karena memang ada koordinatornya, sehingga kami mudah untuk membagikan nasi kepada buruh gendong yang ada di 4 pasar yang tersebar di DIY. Dengan demikian tidak terjadi kerumunan saat pembagian jadi ada perwakilan yang mengambil lalu dibagi kepada anggotanya,” katanya saat ditemui di lokasi Warmindo Bakzoo, Jumat (23/10/2020).

“Perempuan dipilih juga karena perempuan-perempuan di sekitar kita sering mendapatkan kekerasan diskriminatif,” lanjut dia.

Ide gerakan rakyat bantu rakyat berawal dari 4 pemuda salah satunya adalah Barkah.

Mereka berempat sering ngopi dan berdiskusi di warung milik Barkah tersebut. Mereka resah lantaran pandemi Covid-19 tak kunjung usai.

“Covid semakin tinggi sedangkan ekonomi semakin turun ini juga dirasakan oleh para buruh gendong perempuan. Sedangkan mereka keadaan apapun misal resesi ekonomi mereka tetap bekerja,” katanya.

Baca juga: Tanpa Alas Kaki, Buruh Gendong Ini Ingin Bersalaman dengan Presiden Jokowi

Tahap pertama gerakan ini selama 5 hari dan rencananya akan berlangsung selama hingga tanggal 13 November 2020.

“Untuk donasi yang didapat dari 20 donatur saat ini Rp 10.500.000. Total buruh gendong perempuan di 4 pasar sebanyak 200-300 orang,” ungkapannya.

Ia berharap gerakan ini dapat menginspirasi, gerakan serupa lainnya tetapi dengan target berbeda misalkan tukang becak, pemulung, atau siapapun yang termasuk dalam kaum marjinal.

“Entah sampai kapan, semoga kalau donasi terus-terusan walaupun sampai 13 November mudah-mudahan bisa lanjut, karena ibu-ibi ingin lanjut,” katanya.

Ia menambahkan, gerakan ini sekaligus untuk menegur pemerintah daerah maupun pusat. Karena selama ini ia menilai belum ada program jangka pendek, menengah, panjang yang dirasakan oleh kaum marjinal.

Saat ditemui, Tukijah, salah satu buruh gendong di pasar Giwangan asal Bantul, sedang menikmati nasi yang sudah di bagikan. Kurang lebih pada jam 12.00 ia mendapatkan nasi bungkus tersebut.

Nasi dengan sayur pepaya muda dan tempe goreng ia nikmati setelah seharian bekerja sebagai buruh gendong.

Tukijah mulai bercerita saat-saat sulit menghadapi pandemi bagi buruh gendong. Merosotnya perekonomian ia rasakan langsung di mana pembeli turun drastis jika dibanding sebelum pandemi.

Sebelum pandemi, ia bisa mendapatkan kurang lebih Rp 50 ribu sedangkan saat pandemi seperti sekarang penghasilan tiap harinya di angka Rp 20 hingga 30 ribu.

Penghasilan yang didapat belum dipotong untuk transportasi sebesar Rp 15 ribu.

"Kalau sekarang hanya Rp 20-30 ribu masih dipotong untuk naik bus dari Bantul ke sini (pasar Giwangan) sebesar Rp 15 ribu,” katanya sembari menikmati nasi bungkus yang diterima.

Untuk menyiasati pengeluaran, ia membawa bekal dari rumah agar masih ada uang yang didapat dari bekerja di pasar dibawa ke rumah.

“Ya senang sekali dapat nasi bungkus ini, sangat membantu pengeluaran. Saya berharap kondisi menjadi normal kembali,” katanya.

UPDATE: Kompas.com menggalang dana untuk membantu para buruh gendong perempuan di Yogyakarta. Sumbangan rezeki Anda akan sangat bermanfaat, klik di sini untuk donasi.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com