Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Terima Bantuan dari Dana Kemanusiaan Kompas, Buruh Gendong di Yogya: Maturnuwun...

Kompas.com - 15/05/2020, 16:44 WIB
Wijaya Kusuma,
Khairina

Tim Redaksi

YOGYAKARTA,KOMPAS.com- "Maturnuwun nggih. Terimakasih...terimakasih," kata-kata ini terus terucap dari Mbah Giah (74) seorang buruh gendong di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta usai menerima paket bantuan sembako dari Yayasan Dana Kemanusian Kompas (DKK).

Di usianya yang sudah tidak muda lagi, Mbah Giah masih menekuni pekerjaanya sebagai buruh gendong di Pasar Beringharjo, Kota Yogyakarta.

Pekerjaan sebagai buruh gendong ini sudah dijalaninya selama puluhan tahun.

"Kalau orang dulu kan tidak tahu lahirnya tanggal berapa, tahun berapa. Kira-kira saya di Beringharjo sudah 40 tahun," ujar Mbah Giah saat ditemui di aula Pasar Beringharjo, Jumat (15/05/2020).

Baca juga: Dana Kemanusiaan Kompas dan Dewan Masjid Indonesia Salurkan Bantuan dari Pembaca

Setiap hari, Mbah Giah berangkat dari rumahnya di Kecamatan Sentolo, Kabupaten Kulonprogo sekitar pukul 06.30 WIB. Ia sampai di Pasar Beringharjo sekitar pukul 08.00 WIB.

"Saya naik bus dari rumah, pulang pergi ya Rp 15.000. Pulang dari pasar jam 15.30 WIB," urainya.

Pendapatan sebagai buruh gendong, diakui Mbah Giah, tidaklah menentu.

Sebab, dirinya tidak memasang tarif untuk setiap sekali membawakan barang pelangganya.

"Tidak tentu, terserah yang memberi, ada yang Rp 10.000, ada yang Rp 5.000 ada Rp 3.000, tergantung orangnya. Tapi berapapun tetap harus disyukuri," ungkapnya.

Pademi Covid-19 saat ini membuat pendapatan Mbah Giah menurun drastis. Sebab situasi saat ini Pasar Beringharjo tidak seramai biasanya.

"Pengaruhnya besar, tapi kan tidak saya sendiri, sedunia kan ini. Tidak masalah," ucapnya.

Tak jarang Mbah Giah harus pulang dengan tangan kosong karena seharian tidak ada yang menggunakan jasanya membawakan barang.

Ia pun terpaksa harus mengambil uang simpanan untuk biaya naik bus ke Pasar Beringharjo dan makan.

"Pulang tidak bawa uang sering, tapi tidak masalah rejeki kan sudah ada yang mengatur, yang penting berusaha, masih diberi kesehatan," tuturnya.

Diakuinya, anak-anaknya sudah melarang untuk bekerja sebagai buruh gendong karena usianya sudah tua. Namun Mbah Giah tetap menjalani profesinya karena merasa masih kuat.

Halaman Berikutnya
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com